Wawancara Tokoh : Yaksa Agus - Dari Stigma Hemofilia Menuju Ketahanan dan Kreativitas

Jumat, 2 May 2025 21:00
melalui art terapi, penyintas hemofilia lain dapat menemukan cara untuk mengekspresikan diri dan menemukan kekuatan di dalam diri mereka. Artinya, kegiatan kreatif ini memang sebuah proses afirmasi diri dan komunikasi dengan diri sendiri Yaksa Agus

NARASINETWORK.COM - Yogyakarta, NARASINETWORK.COM berkesempatan mewawancarai Pak Yaksa, seorang seniman dan penyintas hemofilia yang inspiratif. Wawancara ini bertutur tentang perjalanan hidup Pak Yaksa, pengalamannya hidup dengan hemofilia, peran art terapi dalam hidupnya, serta pesan harapan yang ingin ia sampaikan kepada dunia.

Yaksa Agus, seniman kelahiran Bantul, Yogyakarta (23 Agustus 1975), adalah seorang perupa yang perjalanannya diwarnai oleh eksplorasi diri dan refleksi sosial. Lulusan SMSR dan ISI Yogyakarta, ia telah mengadakan banyak pameran tunggal dan kelompok, baik di dalam maupun luar negeri. Karyanya, dari pameran "Seni untuk Kemanusiaan" hingga "Yaksapedia", mencerminkan pergulatan batin dan pengamatannya terhadap lingkungan sekitar.

Prestasi Yaksa Agus meliputi kemenangan di AIAA Awards 2005. Ia juga aktif sebagai kurator dan penulis dalam berbagai proyek seni. Hubungi Yaksa Agus melalui yaksa.agus@gmail.com atau temukan karyanya di Facebook (Yaksa), Instagram (Yaksapedia), dan Twitter (studioBodo@yaksapedia).

Berikut petikan wawancara kami ;

Proyek jurnal harian di atas kemasan obat lahir dari kebutuhan untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman hidup dengan hemofilia - Yaksa Agus

Trauma dan Ketahanan :

Pengalaman transfusi darah delapan kantong saat sunat di masa kecil membentuk karakter Pak Yaksa yang tangguh. Ia mampu mengatasi bullying dan stigma sosial terkait hemofilia dengan melihatnya sebagai kelainan genetik, bukan penyakit mematikan. Hal ini mengubah persepsinya dan memberinya kekuatan untuk menghadapi tantangan sehari-hari.

J : Pengalaman saya dengan hemofilia dimulai sejak balita, ditandai dengan pembengkakan di tumit, lutut, dan persendian lainnya. Awalnya, orang tua saya mengira itu hanya rematik. Baru saat kelas 1 SD, setelah jatuh dari sepeda dan mengalami pendarahan selama hampir 3 hari hingga dirawat selama 7 hari, kami baru mengetahui diagnosis sebenarnya.

Titik terberat adalah saat sunat. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang hemofilia, pendarahan hebat terjadi setelah sunat. Saya harus menjalani transfusi darah sebanyak delapan kantong di RS Sardjito pada 16 Juni 1988. Saat itu, saya berusia kelas 6 SD, dan melihat nenek saya menangis selama tiga hari membuat saya sangat terpukul. Sejak saat itu, saya didiagnosis menderita hemofilia faktor 8 dengan kadar 4,2. Saya dirawat di rumah sakit selama 15 hari. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk berhati-hati dan memilih aktivitas yang meminimalisir risiko cedera.

Art Terapi sebagai Penyelamat :

Yaksa Agus bertemu para Dokter Ahli Hemofilia dari Belanda

Proyek jurnal harian di atas kemasan obat lahir dari kebutuhan untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman hidup dengan hemofilia. Proses kreatif ini menjadi terapi bagi dirinya dan memberikan harapan bagi penyintas hemofilia lainnya.

Pengalaman traumatis tersebut tentu membentuk karakter, Bagaimana pak Yaksa mengatasi bullying dan stigma sosial yang mungkin Anda alami?

J : Saya memang mengalami banyak bullying, bahkan sejak kecil. Yang paling menyakitkan adalah bullying yang dilakukan oleh keluarga dekat dan guru-guru saya. Di sekolah, karena keterbatasan fisik akibat hemofilia, saya sering menjadi sasaran ejekan dan perundungan. Pernah, saat dengkul saya bengkak, guru olahraga tetap menyuruh saya ikut lomba lari! Namun, saya belajar untuk mengubah persepsi saya tentang hemofilia.

Saya melihatnya sebagai kelainan genetik, bukan penyakit mematikan. Saya juga menemukan kekuatan melalui dukungan dari komunitas seniman dan teman-teman sesama penyintas. Saya menyadari bahwa fokus pada dendam hanya akan memperburuk keadaan. Kebiasaan saya mengingat nama teman sejak TK, SD, dan SMP dengan urut nomor absensi ini berawal dari rasa dendam yang kemudian saya alihkan menjadi energi positif.

Mengubah Persepsi Hemofilia :

Pak Yaksa menekankan pentingnya mengubah persepsi masyarakat terhadap hemofilia. Ia ingin menghilangkan stigma negatif dan mendorong dukungan yang lebih berempati terhadap penyintas.

Pak Yaksa menyebut art terapi sebagai penyelamat. Bisakah pak Yaksa jelaskan lebih lanjut?

J : Art terapi dimulai secara tidak sengaja. Dari kebiasaan mencorat-coret di kemasan obat-obatan, saya menemukan cara untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman hidup dengan hemofilia. Kegiatan ini berkembang menjadi sebuah jurnal harian visual, yang menjadi terapi bagi saya.

Saya berharap, melalui art terapi, penyintas hemofilia lain dapat menemukan cara untuk mengekspresikan diri dan menemukan kekuatan di dalam diri mereka. Artinya, kegiatan kreatif ini memang sebuah proses afirmasi diri dan komunikasi dengan diri sendiri. Proses ini mendorong terciptanya rasa bahagia dengan ikhlas yang membuat aktivitas menjadi lebih ringan; sebuah harapan untuk menciptakan hati yang bahagia.

Kekuatan Dukungan Sesama :

Dukungan dari seniman muda sangat penting bagi Pak Yaksa dalam membangun kepercayaan diri dan mengasah bakatnya. Ia menekankan pentingnya dukungan sosial bagi penyintas hemofilia muda yang mungkin mengalami kesulitan serupa.

Apa pesan Pak Yaksa bagi masyarakat agar mereka dapat lebih memahami dan mendukung penyintas hemofilia?

Saya ingin mengubah persepsi masyarakat tentang hemofilia. Hemofilia bukanlah beban, tetapi sebuah kondisi yang dapat dikelola. Dengan pengobatan dan dukungan yang tepat, penyintas hemofilia dapat menjalani kehidupan normal dan berprestasi.

Hal ini dapat dilihat dari teman-teman saya yang telah sukses menjadi perawat dan pegawai negeri. Kita semua layak mendapatkan kesempatan yang sama, terlepas dari kondisi kesehatan kita. Penampilan positif dari penyintas hemofilia akan secara otomatis mendorong pandangan positif dari masyarakat.

Strategi Kesehatan Mental :

Selain art terapi, Pak Yaksa menerapkan strategi lain untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik. Ia membagikan saran-saran praktis bagi penyintas hemofilia lainnya untuk menjaga kesejahteraan.

Dukungan dari sesama penyintas dan komunitas seniman sangat penting. Bagaimana peran mereka dalam perjalanan hidup Anda?

Dukungan dari seniman muda sangat berarti bagi saya. Mereka membantu membangun kepercayaan diri dan mengasah bakat seni saya. Dukungan dari teman-teman, termasuk mereka yang juga penyintas hemofilia, membuat saya merasa tidak sendiri dan bisa saling menguatkan. Kita sering berkumpul, bahkan melakukan piknik bersama. Saling berbagi inspirasi dan memperkuat persaudaraan.

Tips apa yang dapat Anda bagikan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik bagi para penyintas hemofilia?

J : Kesehatan mental sangat penting. Membangun lingkungan yang saling mendukung dan menghargai adalah kunci. Saya rutin melakukan art terapi dan juga kegiatan alam seperti menikmati mata air, yang dapat menenangkan diri dan memberikan inspirasi. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk saling mendukung dan berbagi informasi, terutama pada teman-teman yang tinggal di daerah berbeda.

Pesan apa yang ingin Anda sampaikan untuk masa depan?

J : Setiap orang memiliki keterbatasan, dan hemofilia hanyalah sebagian kecil dari identitas saya. Kekurangan itu bisa kita ubah menjadi kekuatan. Dukungan moral dari keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan sangat penting bagi penyintas hemofilia, terutama dalam pengembangan minat dan bakat mereka. Jika saya bisa mengubah satu hal di dunia ini, saya akan menghentikan kebiasaan membully karena berbicara dengan pelaku bullying bagaikan membagi pengetahuan pada orang bodoh.

Perjalanan hidup Pak Yaksa merupakan bukti nyata tentang kekuatan ketahanan, kreativitas, dan pentingnya dukungan sosial. Kisahnya memberi inspirasi dan harapan bagi para penyintas hemofilia dan mengajak kita semua untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan ramah terhadap perbedaan.

Jakarta - Yogyakarta.

Berita Terkini

"Si Biru Tosca" Danau Moko yang Mempesona

Wisata • Selasa, 29-Apr-2025 15:00