Hari Filsafat Sedunia 2025 Menumbuhkan Budaya Bertanya di Era Digital

Kamis, 20 Nov 2025 22:55
Di era informasi yang cepat, filsafat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berdialog secara konstruktif, dan bertindak bijaksana. Istimewa

NARASINETWORK.COM - Dunia kembali memperingati Hari Filsafat Sedunia setiap tahunnya, yang jatuh pada hari Kamis ketiga di bulan November. UNESCO menekankan bahwa peringatan ini adalah pengingat akan nilai abadi filsafat bagi perkembangan pemikiran manusia, kebudayaan, dan setiap individu. Tahun ini, perayaan tersebut jatuh pada (20/11/2025). 

Kementerian Agama, melalui artikel opini Pormadi Simbolon, mengajak masyarakat untuk melihat filsafat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai konsep abstrak. Filsafat adalah cara berpikir yang membebaskan dan membangun, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

Di era informasi yang serba cepat, kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting. Arus informasi yang deras berpotensi membawa hoaks, emosi massa, dan opini yang instan. Filsafat hadir sebagai alat untuk memilah dan menganalisis informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya.

Pertanyaan sederhana "Mengapa?" adalah kunci untuk melatih keberanian berpikir, menghindari pola pikir kaku, fanatisme, atau manipulasi. Berpikir kritis membantu mencegah penyebaran hoaks, mendorong masyarakat agar tidak mudah terpancing emosi, serta membangun masyarakat yang kuat dan mandiri.

Dalam masyarakat yang rentan terhadap polarisasi, kemampuan berdialog menjadi sangat penting. Filsafat mengajarkan bahwa perbedaan pendapat adalah kesempatan untuk memperkaya perspektif. Sikap filosofis mendorong setiap orang untuk mempertanyakan asumsi diri sendiri dan berupaya memahami alasan di balik perbedaan pandangan.

Proses ini mewujudkan budaya percakapan yang sehat, di mana setiap individu merasa dihargai. Hal ini sekaligus mendorong sikap saling menghormati perbedaan, membangun komunitas yang inklusif dan selaras dengan nilai persaudaraan.

Lebih dari sekadar pemikiran, filsafat mendorong tindakan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab. Etika membantu mempertimbangkan dampak tindakan terhadap sesama, terutama yang membutuhkan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, cara berpikir ini membantu membangun keputusan yang berorientasi pada kebaikan bersama, bukan hanya keuntungan pribadi. Dengan demikian, setiap tindakan diharapkan bermanfaat bagi sesama, keputusan yang diambil adil, dan masyarakat menjadi lebih berempati.

Generasi muda saat ini menghadapi tantangan yang kompleks, seperti derasnya informasi digital, tekanan sosial, dan perubahan nilai. Filsafat membekali mereka dengan kemampuan mengkritisi informasi, memahami diri, merumuskan pilihan, dan mengembangkan empati.

Mengajarkan filsafat berarti menanamkan kebiasaan bertanya, mendengarkan, membaca, dan berpikir jernih. Ini akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab, serta mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan.

Membangun budaya bertanya memerlukan langkah-langkah yang berkelanjutan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengajak siswa atau kelompok berdiskusi tentang isu sehari-hari, mengadakan sesi tanya jawab di kelas atau forum komunitas, membiasakan dialog yang sehat dalam rapat organisasi, dan menulis refleksi bulanan.

Filsafat mengingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang pemahaman arah. Dengan merenung dan bertanya, setiap orang dapat menemukan makna yang lebih dalam, menentukan hal yang esensial, tujuan hidup, dan masa depan yang ingin dibangun bersama.

Berita Terkini