NARASINETWORK.COM - Generasi muda, yang sering disebut sebagai digital natives, tumbuh bersama teknologi, namun kemampuan teknis tidak selalu sejalan dengan literasi digital yang memadai. Di sebuah sekolah menengah di Jakarta, seorang guru mendapati bahwa meskipun banyak siswa membaca berita setiap pagi, hanya sedikit yang memeriksa kebenarannya.
Hal ini mencerminkan tantangan besar, yaitu generasi muda dikelilingi informasi tanpa batas, tetapi belum siap mengelolanya dengan bijaksana. Literasi digital bukan hanya tentang menggunakan perangkat, tetapi juga tentang menyaring informasi, memahami risiko siber, serta berperilaku etis dan bertanggung jawab di dunia digital.
Nursodik Gunarjo, Direktur Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), menekankan bahwa literasi digital adalah fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Transformasi digital bergantung pada integritas, nalar kritis, dan kesadaran digital generasi muda.
Dalam acara "IGID Goes to Campus" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Rabu lalu (12/11/2025), ia menyatakan bahwa ruang digital adalah bagian dari hidup kita, tempat untuk belajar, bekerja, dan mencari makna. Meski akses digital meluas, kecakapan digital masyarakat masih perlu ditingkatkan karena banyak yang memiliki keterampilan teknis, tetapi lemah dalam keamanan digital, budaya digital, dan etika penggunaan teknologi.
Kemkomdigi mendorong generasi muda untuk bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi digital, serta menghadirkan portal indonesia.go.id (IGID) sebagai ruang informasi kredibel dan bagian dari proyek kebudayaan digital.
Internet membuka peluang besar, tetapi juga tantangan serius. Kurangnya literasi digital dapat menjerumuskan anak muda dalam misinformasi, perundungan siber, pencurian data, dan jejak digital negatif. Wakil Rektor UMY, Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., mengingatkan mahasiswa untuk berhati-hati dalam menggunakan media sosial karena rekam jejak digital yang buruk dapat menghambat karier seseorang.
Prof. Dr. Adhianty Nurjanah dari UMY menyoroti peran krusial generasi muda dalam membangun masa depan digital Indonesia. Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221,5 juta orang, dengan 68% berusia 15-34 tahun.
Namun, indeks literasi digital Indonesia pada 2022 hanya 3,54. Rendahnya literasi digital dapat membawa risiko serius, seperti menjadi korban hoaks, penipuan daring, atau kehilangan reputasi digital. Beberapa rekomendasi strategis meliputi memperluas akses digital yang merata, membangun kolaborasi dengan perguruan tinggi, mengintegrasikan etika digital dalam kurikulum pendidikan, dan memperkuat program literasi digital nasional berbasis kampus.
Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang nilai, etika, dan tanggung jawab sosial. Literasi digital adalah kecakapan abad ke-21 yang meliputi berpikir kritis, keamanan dan privasi digital, etika bermedia digital, serta kreativitas dan produktivitas digital.
Orang tua, guru, akademisi, dan lingkungan sosial memegang peran kunci dalam meningkatkan literasi digital generasi muda. Konsultan media dan digital, Rulli Nasrullah (Kang Arul), memberikan tips agar anak muda bisa menciptakan konten positif dan kreatif karena konten yang sehat dan beretika memiliki pasar tersendiri.
Dunia masa depan adalah dunia digital. Generasi muda harus dibekali literasi digital yang kuat agar dapat membentuk masa depan itu sendiri. Literasi digital adalah prasyarat untuk keamanan diri, kualitas pendidikan, peluang karier, kesehatan mental, dan keberlangsungan demokrasi.