NARASINETWORK.COM - Indonesia menunjukkan komitmen kuat dalam melindungi keanekaragaman hayati dengan berpartisipasi aktif dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES CoP20) yang berlangsung di Expo Center, Silk Road Tourist Complex, Samarkand, Uzbekistan, dari tanggal 23 November hingga 5 Desember 2025.
Forum ini diselenggarakan di bawah naungan United Nations Development Program (UNDP), Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebagai salah satu dari empat negara dengan "mega diversity" bersama Brasil, China, dan Kolombia, Indonesia menyadari pentingnya menjaga keragaman hayati. Banyak fauna dan flora Indonesia menjadi target eksploitasi, yang jika tidak dilindungi, dapat menyebabkan kepunahan.
Spesies seperti hiu pelagis, penyu sisik, penyu belimbing, pohon damar, cendana, dan rotan menghadapi ancaman akibat perburuan dan eksploitasi berlebihan. Oleh karena itu, Indonesia mendukung regulasi perdagangan internasional untuk mencegah kepunahan spesies, memastikan keberlangsungan hidup, dan memerangi perdagangan satwa liar ilegal.
Duta Besar RI untuk Uzbekistan, Siti Ruhaini Dzuhayatin, menyatakan bahwa pengiriman delegasi lintas kementerian dan lembaga, serta partisipasi pengamat dan aktivis lingkungan, mencerminkan kesungguhan Indonesia dalam melindungi keanekaragaman flora dan fauna serta melestarikannya dari ancaman kepunahan akibat pemanfaatan dan perburuan berlebihan.
Delegasi Indonesia terdiri dari perwakilan Kementerian Luar Negeri, yang mengawal diplomasi internasional melalui Perwakilan Tetap Indonesia untuk PBB di Jenewa dan Kedutaan Besar RI di Tashkent-Uzbekistan. Selain itu, delegasi juga melibatkan Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai National Focal Point, serta pemangku kepentingan terkait, pengamat, dan aktivis lingkungan seperti Indonesia Agarwood Association, BirdLife Indonesia, Pengusaha Eksport-Import Burung Seluruh Indonesia, dan Rekam Nusantara Foundation.
Koordinator National Focal Point Indonesia, Setyawan Pudyatmoko, menekankan bahwa keanekaragaman hayati adalah fondasi kesehatan planet. CITES harus menjaga keseimbangan antara perlindungan spesies dan pemanfaatan berkelanjutan yang mendukung masyarakat. Indonesia mendorong tata kelola berbasis sains dan pembiayaan inovatif, termasuk SDG Bond, Green Bond, Blue Bond, serta Coral Reef Bond. Indonesia juga telah meluncurkan Indonesia Biodiversity Fund (IBioFund) untuk memperkuat konservasi, restorasi habitat, dan kapasitas masyarakat. Melalui regulasi yang kuat, pendanaan yang memadai dan inovatif, serta kolaborasi multipihak, Indonesia berkomitmen menjadikan konservasi sebagai pendorong kesejahteraan dan ketahanan.
Indonesia juga menyelenggarakan tiga side events pada tanggal 28 November, 29 November, dan 5 Desember 2025, bekerja sama dengan CITES, Birdlife Internasional, Pemerintah Filipina, serta Mandai Nature.
Konferensi ini menjadi yang pertama kali diadakan di Asia Tengah, tepatnya di kota bersejarah Samarkand, Uzbekistan. Utusan Khusus Presiden Uzbekistan bidang Lingkungan, Ekologi, dan Perubahan Iklim, Aziz Abdukhakimov, menekankan pentingnya peran Uzbekistan dan negara-negara Asia Tengah dalam CITES CoP20. Perlindungan flora dan fauna di kawasan ini sangat mendesak karena praktik eksploitasi berlebihan serta perlindungan terhadap pergerakan binatang dan burung yang bermigrasi lintas batas negara dalam jumlah besar.