Proyek Tol Getaci: Tol Terpanjang di Indonesia yang Masih Tertunda

Senin, 13 Oct 2025 22:07
Ilustrasi pembangunan tol Getaci yang menghubungkan Jawabarat-Jawatengah Istimewa

NARASINETWORK.COM - KAB. BANDUNG

-Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Getaci yang digadang-gadang bakal menjadi jalan tol terpanjang di Indonesia, kini berada di persimpangan. Setelah sempat gagal lelang dan disebut mangkrak, pemerintah memastikan proyek ini tidak akan berhenti total. Hanya saja, langkah menuju realisasi tampak masih berliku.

Tol Getaci, singkatan dari Gedebage–Tasikmalaya–Cilacap, dirancang membentang sepanjang 206,65 kilometer, menghubungkan Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Jalan tol ini diharapkan mampu memangkas waktu tempuh Bandung–Cilacap dari delapan jam menjadi hanya sekitar tiga jam.

Namun, cita-cita besar itu tertahan oleh serangkaian kendala mulai dari kegagalan investor, tingginya biaya konstruksi di medan pegunungan, hingga lambannya pembebasan lahan.

Tol Getaci pertama kali ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020. Proyek ini menjadi bagian penting dari upaya pemerintah memperkuat konektivitas di wilayah selatan Pulau Jawa, yang selama ini kurang tersentuh jalan tol.

Dari total panjangnya, sekitar 171 kilometer berada di Jawa Barat, sementara 35 kilometer di Jawa Tengah. Pembangunannya dirancang dua tahap: Gedebage–Tasikmalaya dan Tasikmalaya–Cilacap. 

Kementerian PUPR menyebut sebagian trase tol akan dibangun secara layang (elevated) di daerah dengan kontur ekstrem, terutama antara Bandung dan Garut.

“Penetapan lokasi tahap pertama sudah selesai, dan pembebasan lahan terus berjalan,” tulis laman resmi pu.go.id.

Manfaat ekonomi yang diharapkan cukup besar. Selain mempercepat mobilitas antarwilayah, tol ini juga diyakini akan menggerakkan ekonomi daerah Priangan Timur dan memperlancar distribusi logistik menuju Jawa Tengah.


Gagal Lelang, Investor Mundur, Proyek Direvisi

Kendati statusnya prestisius, pelaksanaan proyek ini tidak berjalan mulus. Konsorsium pemenang lelang sempat mengundurkan diri karena nilai investasi yang terlalu tinggi. Berdasarkan catatan PwC Indonesia, biaya konstruksi mencapai lebih dari Rp 56 triliun, dengan risiko geoteknis yang besar di kawasan berbukit.


Kegagalan lelang itu memaksa pemerintah melakukan re-tender, bahkan merevisi panjang trase agar proyek bisa lebih realistis. Dari rencana semula 206 kilometer, tahap awal kini dipangkas hanya sampai Ciamis, sekitar 108 kilometer. Skenario baru ini diharapkan bisa menarik minat investor baru dalam proses lelang ulang yang direncanakan tahun 2026.


Meski fisik proyek belum terlihat, sejumlah indikator menunjukkan bahwa Tol Getaci belum benar-benar mati. Pada Mei 2025, misalnya, DJKN Kementerian Keuangan mencatat pembayaran uang ganti rugi (UGR) sebesar Rp 155 miliar bagi warga terdampak di Kabupaten Garut.

Kepala Kanwil DJKN Jawa Barat menyebut proses ini menjadi bukti bahwa tahap administratif tetap berjalan. “Pemerintah menyiapkan dana cukup besar untuk tahap awal agar tidak berhenti di tengah jalan,” ujarnya dikutip dari laman resmi djkn.kemenkeu.go.id.


Selain itu, Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Rachman Arief, juga memastikan proyek ini masuk dalam daftar lelang prioritas tahun depan bersama beberapa ruas tol baru lainnya.

“Tol Getaci tidak akan mangkrak. Pemerintah tetap berkomitmen melanjutkan pembangunan, meski dilakukan bertahap,” katanya. 


Dari PSN ke Ketidakpastian Politik

Meski Kementerian PUPR terus menyuarakan komitmen, masa depan Getaci kini bergantung pada kebijakan infrastruktur pemerintahan baru. Dalam daftar PSN yang direvisi pada era Presiden Prabowo Subianto, nama Tol Getaci belum muncul secara eksplisit, memunculkan kekhawatiran bahwa proyek ini akan kehilangan prioritas.


Sumber yang lain menyebut, pemerintah tengah melakukan sinkronisasi proyek strategis untuk memastikan tol-tol dengan manfaat ekonomi tinggi tetap berlanjut. Getaci disebut masih “on hold” sambil menunggu hasil evaluasi teknis dan finansial terbaru.


Antara Mangkrak dan Dilanjutkan

Fakta di lapangan menunjukkan, proyek Tol Getaci kini berada di posisi “setengah hidup”. Lelang gagal, investor mundur, tapi pemerintah belum menyerah. Pembebasan lahan berjalan, namun konstruksi fisik belum dimulai.


Harapan Baru dari Selatan Jawa

Warga di wilayah Priangan Timur dan selatan Jawa Tengah masih menaruh harapan besar terhadap proyek ini. Mereka percaya, kehadiran Tol Getaci kelak akan memangkas waktu tempuh, mengurangi biaya logistik, dan membuka peluang ekonomi baru.


Namun, para pakar infrastruktur mengingatkan bahwa keberhasilan proyek ini bergantung pada tiga faktor utama: (1) kepastian investor dan skema pembiayaan, (2) kecepatan pembebasan lahan, dan (3) konsistensi kebijakan lintas pemerintahan.

Jika semua itu bisa dijaga, Getaci bukan hanya tol terpanjang di Indonesia tetapi juga simbol kebangkitan konektivitas wilayah selatan Jawa yang lama tertinggal.

**

Berita Terkini