NARASINETWORK.COM - Bentara Budaya Jakarta menjadi tuan rumah pameran tunggal "Moelyono & Seni Rupa Ludrukan Desa", sebuah pameran yang menghadirkan karya-karya seniman dan aktivis pendidikan rakyat, Moelyono. Pameran yang dibuka pada Kamis (10/7/2025) pukul 19.00 WIB ini diawali dengan cuplikan pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya, dan akan berlangsung hingga 19 Juli 2025, pukul 10.00-18.00 WIB.
Dari berbagai kalangan dan latar belakang menghadiri undangan pembukaan pameran tunggal Moelyono pada kamis malam (10/7/2025) di Bentara Budaya Jakarta.
Pameran ini bukan sekadar pameran seni rupa biasa. Ia merupakan sebuah refleksi kritis terhadap peran seni di tengah masyarakat yang terpinggirkan, di mana ruang hidup dikorbankan atas nama pembangunan dan memori kolektif dibungkam oleh narasi tunggal kekuasaan. Selama lebih dari empat dekade, Moelyono telah menjadikan seni sebagai praksis keberpihakan, dan pameran ini memperlihatkan perjalanan kolektifnya selama delapan tahun bersama kelompok Ludruk Budhi Wijaya dari Desa Ketapang Sari, Jombang.
Beragam bentuk karya seni dipamerkan, mulai dari lukisan dan instalasi hingga video dan pentas Ludruk. Karya-karya ini merupakan jejak hidup dari seni yang dijalankan bersama warga komunitas Ludruk dan proses pribadi Moelyono sebagai seorang seniman. Pameran ini bukan sekadar menyajikan karya seni, tetapi juga mengajak pengunjung untuk menyelami proses kreatif dan konteks sosial-politik yang melatarbelakangi terciptanya karya-karya tersebut.
Kurator pameran, Rifda Amalia, menjelaskan bahwa praktik seni Moelyono bukanlah tren atau gaya, melainkan komitmen jangka panjang yang tumbuh dari hidup bersama masyarakat. Ia tidak hanya mewakili masyarakat dari kejauhan, tetapi melebur menjadi bagian dari proses. Pameran ini pun bukan sekadar nostalgia terhadap seni tradisi, melainkan tentang bagaimana Ludruk sebagai kesenian rakyat masih hidup dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak warga desa di Jawa Timur.
Keterkaitan Ludruk dengan perjuangan buruh tani pada perkebunan tebu menjadi simbol semangat perjuangan rakyat kecil yang menolak tunduk pada represi kaum pemilik modal. Moelyono, melalui karya-karyanya, mengamati, membongkar, dan menyajikan kembali semangat resistensi budaya rakyat buruh tani serta trauma kekerasan yang terdapat dalam Ludruk melalui bahasa simbol-simbol visual.
Pameran ini juga akan dimeriahkan dengan diskusi seni budaya bertajuk "Moelyono, Ludruk, dan Perlawanan Rakyat Pedesaan" pada Jumat, 11 Juli 2025 pukul 15.00 WIB. Diskusi ini akan menghadirkan narasumber terkemuka, termasuk Frans Sartono, Seno Joko Suyono, Rifda Amalia, Moelyono, dan Didik Purwanto (Ketua Ludruk Budhi Wijaya), dengan moderator Ilham Khoiri. Testimonial dari Romo Sindhunata SJ turut menambah kekayaan diskusi ini, yang diawali dengan pertunjukan Ludruk dengan lakon "Geger Pabrik Gula Gempol Kerep" oleh Ludruk Budhi Wijaya.
Pameran "Moelyono & Seni Rupa Ludrukan Desa" di Bentara Budaya Jakarta mengajak kita untuk memandang seni sebagai bentuk keberpihakan dan penyembuhan, bukan sekadar tontonan. Pameran ini merupakan ajakan untuk merenungkan peran seni dalam memperjuangkan keadilan dan perubahan sosial.