Kanvas dan Gundu Cara Kreatif MAN 11 Jakarta Mengajarkan Al-Qur'an kepada Siswa Berkebutuhan Khusus

Jumat, 21 Nov 2025 09:26
MAN 11 Jakarta, sebuah madrasah inklusi, menghadirkan inovasi unik di AICIS+ 2025: kanvas dan gundu sebagai media pembelajaran Al-Quran bagi siswa disabilitas. Istimewa

NARASINETWORK.COM - Inovasi siswa madrasah berupa wahana bermain kanvas dan gundu dipamerkan pada Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok. Inovasi ini ternyata bermanfaat membantu siswa disabilitas mengenal huruf Al-Qur’an.

Nur Syahwa Syakila (Kayla), Peserta Didik Penyandang Disabilitas (PDPD) pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Jakarta, memanfaatkan inovasi ini untuk mengaji. Kepala MAN 11 Jakarta, Halimatus Sakdiyah, menjelaskan bahwa Kayla menemukan inovasi baru dalam pengenalan huruf Al-Qur'an dengan menggunakan kanvas yang ditempeli gundu-gundu kecil seperti braille. Temuan ini terus disempurnakan.

MAN 11 Jakarta dikenal sebagai madrasah inklusi binaan Kementerian Agama yang mendidik Peserta Didik Penyandang Disabilitas bersama peserta didik lainnya. Ragam disabilitas siswa di madrasah ini antara lain keterbatasan penglihatan, ADHD, asperger, slow learner, cerdas bakat istimewa (CIBI), dan kesulitan belajar spesifik. Total terdapat 66 siswa disabilitas. Madrasah ini membuka stan pameran pada AICIS+ 2025, menjadi bagian dari pameran diversifikasi madrasah di Indonesia.

Saat Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin mengunjungi stan MAN 11 Jakarta, stan dijaga oleh Eky dan Kayla (peserta didik dengan keterbatasan penglihatan). Turut meninjau Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Arskal Salim, Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Nyayu Khodijah, serta Rektor UIII Jamhari.

Sekjen mengetes hafalan Al-Qur’an Nur Syahwa Syakila dan melanjutkan bacaannya. Nur Syahwa Syakila, selalu menjaga hafalannya dengan meraja’ah. Sekjen berpesan pada Syakila dan Rezky Putra Hilmansyah agar selalu menjaga hafalan dan giat belajar.

Inovasi kanvas dan gundu digunakan dalam pembelajaran seni rupa untuk peserta didik dengan keterbatasan penglihatan, bertujuan menerapkan kesetaraan dalam pembelajaran seni rupa. Dua PDPD MAN 11 Jakarta, Eky dan Kayla, lebih condong menggunakan rabaan untuk menikmati karyanya.

Kayla menjelaskan bahwa ia menjadikan lukisan sebagai media komunikasi lewat karya seni, dengan media berbentuk (bulat, persegi, potongan kayu) berujung runcing sebagai pengganti braille. Pin ini menggantikan objek yang biasa terlukis di kanvas.

Untuk memudahkan penerapan pin, Kayla membuat alat sederhana sebagai pengganti riglet yang dapat disesuaikan dimensinya. Pada proses pewarnaan, Kayla memberikan aroma pada setiap warna dalam wadah botol tutup krucut, sehingga peserta didik hanya perlu menekan botol ke media lukis.

Metode pewarnaan ini menjadi ekspresi dalam karya, seperti pemilihan warna dan guratan berdasarkan filosofi yang dimaksud. Penikmat karya seni dengan keterbatasan penglihatan akan menikmatinya dengan rabaan, sedangkan yang lain menikmatinya secara visual.

 


Berita Terkini