Tren Gaya Hidup Indonesia Menuju Keseimbangan di Era Digital

Kamis, 4 Dec 2025 22:45
Di era digital yang cepat dan sibuk, tren gaya hidup di Indonesia mulai beralih ke yang lebih santai dan fokus pada kualitas hidup. Istimewa

NARASINETWORK.COM - Di tengah dunia yang semakin cepat, sibuk, dan serba digital, banyak orang merasa hidup seperti balapan tanpa garis finish. Pagi buru-buru, siang kejar deadline, malam capek namun tetap menelusuri media sosial sampai lupa waktu. Tidak heran jika beberapa tahun terakhir muncul tren gaya hidup baru yang lebih santai, mindful, dan fokus pada kualitas hidup yang bukan hanya sekadar "gaya-gayaan", melainkan telah menjadi kebutuhan.

Tren slow living mulai banyak dibahas di berbagai media Indonesia. Konsepnya sederhana: hidup lebih pelan, sadar, dan memilih hal-hal yang benar-benar penting. Bukan berarti hidup lamban atau malas, melainkan lebih ke menikmati setiap momen, seperti minum kopi sambil nikmati pagi, bukan sambil kejar rapat, atau fokus pada satu pekerjaan dahulu tanpa multitasking yang membuat otak lelah.

Tren ini cocok bagi anak muda yang mulai sadar pentingnya kesehatan mental, karena membuat pikiran lebih tenang dan membantu menghargai hal kecil yang sering terlewat.

Menurut Kementerian Kesehatan, gaya hidup sehat tidak selalu identik dengan salad atau oatmeal. Intinya adalah makan makanan bergizi seimbang, beragam makanan pokok, lauk pauk kaya protein, sayur, dan buah serta membatasi konsumsi makanan asin, manis, dan berlemak. Selain itu, perlu melakukan aktivitas fisik teratur, cukup istirahat, mengelola stres, menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol, menjaga kebersihan diri, membiasakan sarapan pagi, minum air putih cukup, dan membaca label kemasan makanan.

Jika dahulu olahraga identik dengan nge-gym berat, sekarang media lifestyle Indonesia banyak menyoroti olahraga yang lebih santai namun tetap efektif. Yoga, pilates, jogging santai, dan jalan kaki 7.000 langkah per hari menjadi favorit. Alasan utamanya adalah olahraga ini bisa dilakukan di rumah atau sekitar lingkungan, mudah diikuti oleh segala usia, dan berisiko cedera kecil. Jalan kaki pagi atau sore bahkan dianggap sebagai "healing" murah meriah, karena bisa disertai dengan menikmati udara segar, musik, atau podcast favorit.

Media nasional juga sering menulis tentang pentingnya digital detox, mengurangi waktu menatap layar dan istirahat dari dunia online. Meskipun tidak mudah di era serba digital, manfaatnya nyata: tidur lebih nyenyak, pikiran lebih jernih, dan produktivitas meningkat. Banyak orang mulai sadar bahwa hidup tidak harus selalu tampil online; momen paling bahagia seringkali muncul ketika kita benar-benar hadir di dunia nyata.

Gaya hidup minimalis bukan tentang memiliki sedikit barang saja, melainkan tentang makna. Menurut penjelasan media Indonesia, minimalisme versi modern adalah "kesederhanaan yang bermakna" (meaningful simplicity). Fokusnya adalah menghilangkan barang yang tidak perlu, seperti berhenti beli barang hanya karena diskon, memilih barang berkualitas yang tahan lama, dan merapikan rumah secara rutin untuk menjaga pikiran tenang. Tren ini populer terutama pasca-pandemi, ketika banyak orang menyadari bahwa yang penting bukan banyaknya barang, melainkan kenyamanan rumah dan kesehatan pikiran.

Tren liburan alam juga ramai dibahas di media lifestyle Indonesia, seperti camping, hiking, piknik, atau sekedar menikmati pantai sambil minum es kelapa. Banyak orang merasa lebih sehat secara mental setelah "kabur sebentar" dari keramaian kota, sehingga tempat wisata alam makin ramai dikunjungi.

Secara keseluruhan, tren gaya hidup yang banyak dibahas di media Indonesia menunjukkan bahwa orang mulai mencari keseimbangan. Bekerja tetap penting, tetapi hidup harus tetap dinikmati dengan memprioritaskan kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup. Gaya hidup tidak perlu mewah untuk membuat kita bahagia.

 

 

Berita Terkini