NARASINETWORK.COM - DARI DESA LAHIR INSPIRASI : "Menampilkan kisah-kisah inspiratif, Segmen ini berfokus pada cerita individu yang berasal dari desa dan mencapai kesuksesan atau membuat perubahan signifikan dalam hidup mereka, maupun kehidupan orang lain. Kisah-kisah ini dimaksudkan untuk memotivasi dan menginspirasi pembaca NARASINETWORK.COM. pada sesi ke-2 ada sosok Heri Surahman dari Desa Bangun Harjo, satu pelita yang menyalakan literasi di tanah borneo.
Heri Surahman, seorang guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, bukanlah sosok yang lahir dengan segalanya serba mudah. Kisah hidupnya, yang berawal dari Desa Bangun Harjo, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah , sebuah desa yang membutuhkan waktu sekitar lima jam perjalanan untuk mencapai Banjarmasin, merupakan potret perjuangan dan dedikasi yang inspiratif. Perjuangan tersebut ia abadikan dalam novel berjudul "Perempuan Penjemput Subuh," sebuah karya yang terinspirasi dari pengorbanan orang tuanya.
Ibunya, seorang penjual sayur umbud kelapa, dan ayahnya, seorang petani, menjadi sumber kekuatan dan inspirasi utama dalam hidupnya. Heri Surahman masih ingat betul bagaimana ibunya, setiap subuh, berjuang mengayuh sepeda sejauh 10 kilometer menuju pasar untuk menjual hasil panen umbud kelapa. Ia turut serta dalam prosesnya, membantu menebang pohon kelapa dan mengambil umbudnya. Pengalaman ini, yang ia alami saat berjuang untuk kuliah, menjadi inti dari novelnya yang mengharukan. Setelah kuliah, pekerjaan yang dulunya dikerjakan bersama kini hanya dijalani ibunya seorang diri. Untuk membiayai kuliahnya, Heri Surahman bekerja keras, mengirimkan tulisan, menawarkan jasa pembuatan makalah dan laporan, serta bekerja malam hari di sebuah GOR bulu tangkis.
Lahir di Kapuas pada 17 Agustus 1990, Heri Surahman memulai kariernya sebagai tenaga honorer di SMAN 5 Banjarmasin dan SMAN 13 Banjarmasin sejak tahun 2013 hingga 2018. Selama periode ini, ia menunjukkan bakat dan dedikasinya dalam membimbing siswa. Ia berhasil mengantarkan beberapa siswanya meraih juara dalam Lomba Puisi dan Bekisah Basa Banjar tingkat Kabupaten/Kota. Namun, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Sebagai tenaga honorer, ia seringkali menghadapi pandangan sinis dari rekan kerja yang berstatus lebih resmi, yang meragukan kemampuannya membimbing siswa dalam lomba. Pernyataan seperti "itu bukan bidangmu," atau "pelatihnya bukan kamu," seringkali ia dengar. Namun, Heri Surahman tetap teguh pada pendiriannya, meyakini potensi siswanya dan terus berjuang, meskipun hanya mencapai tingkat kota dan gagal melaju ke tingkat provinsi.
Pengalamannya sebagai pembimbing lomba juga membentuk pandangan kritisnya terhadap sistem. Saat menjadi tuan rumah Lomba Bekisah Basa Banjar tingkat provinsi, ia menyaksikan penurunan karakter dan kebebasan peserta didik akibat pergantian pelatih. Ia percaya adanya faktor "ubah rasa" dan penyesuaian yang mempengaruhi penampilan peserta didik. Keteguhannya dalam memperjuangkan kebenaran juga terlihat dalam kepeduliannya terhadap nasib guru honorer. Ia aktif beraudiens dan bergabung dengan perwakilan 13 kabupaten di Kalimantan Selatan untuk menyuarakan kelangsungan pembayaran gaji guru honorer provinsi di Komisi IV DPRD Banjarmasin. Upaya ini membuahkan hasil positif, berupa perbaikan dan kepastian pembayaran gaji bulanan guru honorer dari provinsi.
Keberaniannya dalam memperjuangkan kebenaran juga terlihat dalam protesnya kepada juri Lomba Baca Puisi. Ia mempertanyakan keputusan juri yang menobatkan peserta yang tidak menggunakan teks sebagai juara dua, dengan alasan konsep "baca" atau "membaca" telah dilanggar. Berkat keberanian dan argumennya yang logis, juri akhirnya berlapang dada untuk menganulir keputusannya.
Pada tahun 2019, Heri Surahman diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dan mengajar di SMAN 2 Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Di sekolah yang mayoritas siswanya tinggal di kawasan pertambangan ini, ia terus menanamkan kecintaan dan keberanian terhadap sastra dan isu sosial. Ia mendorong siswanya untuk tetap kritis dan memanfaatkan literasi sebagai jendela pengetahuan. Beberapa karya cerpen siswanya bahkan telah dimuat di media sosial ternama seperti Retizen Republika, Kompasiana, dan Narasi Network.
Kisah hidup Heri Surahman adalah bukti nyata bahwa tekad dan kerja keras mampu mengatasi berbagai rintangan. Ia bukan hanya seorang guru yang handal, tetapi juga seorang inspirator yang menunjukkan bahwa perjuangan dan dedikasi akan selalu membuahkan hasil yang positif.