Revitalisasi Pendidikan Karakter : Meneladani Ahmad Mustofa Bisri dalam Membangun Generasi Berakhlak Mulia

Kamis, 2 Oct 2025 07:10
KH. Ahmad Mustofa Bisri adalah teladan dalam pendidikan karakter. Visinya tentang pesantren sebagai pencetak insan berbudi luhur menginspirasi upaya membangun generasi penerus yang berakhlak dan berdaya saing. KH. Ahmad Mustofa Bisri

NARASINETWORK.COM - KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, menegaskan peran vital pesantren bukan sekadar menghasilkan ulama, tetapi membentuk insan berakhlak mulia. Pandangan ini selaras dengan laku hidupnya sebagai kiai, budayawan, sekaligus guru bangsa.

Menurut Gus Mus, pesantren memiliki fungsi lebih luas dari sekadar mentransfer ilmu agama. Lembaga ini berperan krusial dalam menempa karakter serta moralitas santri. Tujuannya, agar kelak menjadi pribadi unggul yang berkontribusi positif bagi bangsa. Baginya ; "Pesantren tidak mencetak kiai, tapi mencetak manusia-manusia yang berbudi."

Selain berkiprah di pesantren, Gus Mus aktif dalam berbagai forum keagamaan serta kebudayaan. Ia juga merupakan salah satu Dewan Penasihat Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) 2017. Saat meresmikan Ma'had Aly Kebon Jambu, Gus Mus menekankan pentingnya pendidikan karakter. Baginya, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi pembentukan akhlak serta teladan.

Gus Mus dikenal sebagai sosok sederhana yang menghindari politik praktis. Meski pernah duduk di DPRD Jawa Tengah (1987-1992) serta MPR, ia menolak dicalonkan kembali. Pada Pemilu Legislatif 2004, ia mengundurkan diri dari pencalonan anggota DPD, merasa tak tepat berkecimpung di pemerintahan.

Rindu

Pena di tangan kanan
Kopi di tangan kiri
Dan kertas di atas meja
Tapi kau tak di sampingku
Maka apa yang bisa kutulis
Selain "rindu"

Ahmad Mustofa Bisri

Di luar aktivitas rutin, Gus Mus aktif berkarya sebagai budayawan, pelukis, serta penulis. Lukisan serta puisi karyanya sarat makna kehidupan. Pada 1998, ia menggelar pameran lukisan amplop di Jakarta. Ia pun menulis belasan buku fiksi serta nonfiksi, menunjukkan sikap kritis terhadap dinamika sosial budaya.

KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dikenal sebagai sosok yang produktif dalam menghasilkan berbagai karya tulis. Dalam bidang pendidikan Islam, ia menulis Kimiya-us Sa'adah (diterjemahkan ke Bahasa Jawa) dan Proses Kebahagiaan. Karya-karya keagamaan Gus Mus meliputi Pokok-Pokok Agama, Dasar-Dasar Islam (1987), Ensiklopedi Ijmak (bersama K.H. Ahmad Sahal Mahfudz, 1987), Maha kiai Hasyim Asy'ari (1996), Metode Tasawuf Al Ghozali (terjemahan & komentar, 1996), Al-Muna, Syair Alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970), Asma'ul Husna (terjemahan Bahasa Jawa tulisan pegon), dan Fikih Keseharian Gus Mus, Bunga Rampai Masalah-Masalah Keberagamaan (1997). Selain itu, Gus Mus juga menghasilkan sejumlah kumpulan esai, seperti Saleh Ritual Saleh Sosial, Esai-Esai Moral (1995), Pesan Islam Sehari-hari, Ritus Dzikir dan Gempita Umat (1997), Melihat Diri Sendiri (2003), Kompensasi (2007), Oase Pemikiran (2007), dan Membuka Pintu Langit (2007).

Dalam bidang sastra, Gus Mus dikenal melalui kumpulan puisi, antara lain Ohoi, Kumpulan Puisi-Puisi Balsem (1998), Tadarus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput, Pahlawan dan Tikus (1995), Wekwekwek, Sajak-Sajak Bumi Langit (1996), Gelap Berlapis-Lapis (1998), Gandrung, Sajak-Sajak Cinta (2000), Negeri Daging (2002), Aku Manusia (2007), dan Syi'iran Asmaul Husna (dalam Bahasa Jawa). Gus Mus juga menulis kumpulan cerpen yang berjudul Lukisan Kaligrafi (2003), serta cerpennya yang masuk dalam antologi Waktu Nayla, Cerpen Pilihan Kompas 2003, dan Bacalah Cinta (2005). Tak hanya itu, ia juga berkontribusi dalam bidang humor dengan Mutiara-Mutiara Benjol (1994) dan Canda Nabi & Tawa Sufi, serta menulis dongeng anak, yaitu Awas Manusia (1979) dan Nyamuk Yang Perkasa.

Keteladanan Gus Mus, pemikiran konstruktif, serta karya inspiratif terus menjadi obor penerang bagi generasi penerus. Ia adalah sosok ulama yang relevan dengan perkembangan zaman, mampu menjembatani nilai-nilai tradisional dengan tantangan modernitas.

 


Berita Terkini