Dari Sampah Sungai Menjadi Sekolah Alam "Kisah Inspiratif Jembatan Edukasi Siluk"  

Selasa, 27 May 2025 08:00
Jembatan Edukasi Siluk (JES) di Imogiri, Yogyakarta, bertransformasi dari upaya membersihkan sampah di Sungai Oyo menjadi sekolah alam yang unik. Didirikan oleh Mas Kuat, JES menggabungkan pendidikan, seni, budaya, dan kepedulian lingkungan. JES

NARASINETWORK.COM - Jembatan Edukasi Siluk (JES) di Imogiri, Yogyakarta, bukanlah sekadar bangunan fisik. Lebih dari itu, JES adalah manifestasi nyata dari sebuah keresahan yang bertransformasi menjadi gerakan sosial yang inspiratif.

Berawal dari tumpukan sampah di bantaran Sungai Oyo, kini JES berkembang menjadi sebuah sekolah alam yang unik, menggabungkan pendidikan, seni, budaya, dan kepedulian lingkungan.

Kisah sukses ini bermula dari inisiatif Mas Kuat, seorang individu yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan dan pendidikan anak-anak.

Kondisi awal JES (Jembatan Edukasi Siluk)

Pada tahun 2016, Mas Kuat melihat pemandangan yang memprihatinkan: sampah berserakan di sekitar Sungai Oyo, khususnya di bawah Jembatan Siluk. Keresahan ini mendorongnya untuk mengajak teman-teman di sekitarnya melakukan aksi bersih-bersih.

Prosesnya tak mudah. Dengan gotong royong setiap minggu, mereka perlahan membersihkan tumpukan sampah yang berasal dari warga sekitar dan pengendara yang melintas. Namun, Mas Kuat menyadari bahwa pembersihan saja tidak cukup. Sampah akan kembali menumpuk jika tidak ada perubahan perilaku dan solusi jangka panjang.

Pembuatan Taman Baca Kolong Jembatan

Tahun 2017 menjadi titik balik. Mas Kuat dan timnya berinisiatif memanfaatkan ruang di bawah jembatan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat.

Mereka mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Jembatan Edukasi Siluk, mengumpulkan buku-buku layak baca untuk masyarakat. Responnya luar biasa. TBM ramai dikunjungi anak-anak dan warga sekitar. Keberhasilan ini mendorong mereka untuk menambah kegiatan lain, seperti kelas melukis untuk anak-anak dan kelas senam untuk ibu-ibu dan remaja.

Konsep sekolah alam berbasis alam semesta diadopsi secara organik. Pembelajaran tidak hanya terpaku di dalam ruangan, tetapi juga memanfaatkan lingkungan sekitar. Contohnya, dalam kelas Bahasa Inggris, anak-anak diajak berkeliling desa untuk mengenal nama-nama tumbuhan dan ikan lokal dalam Bahasa Inggris. Pendekatan ini berbeda dengan pendidikan konvensional yang lebih terpusat di ruang kelas.

Bencana banjir bandang pada November 2017 nyaris menghancurkan semua yang telah dibangun. Namun, semangat Mas Kuat dan timnya tak padam. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk seniman, komunitas literasi, dan masyarakat sekitar, menjadi kekuatan untuk bangkit. Satu minggu setelah banjir, mereka kembali membersihkan lumpur dan puing-puing.

Satu bulan kemudian, JES kembali beroperasi dengan fasilitas seadanya. Bantuan berupa donasi, material bangunan, dan dukungan moral terus mengalir. Pada tahun 2018, bantuan CSR dari PLN memungkinkan pembangunan gedung baru di lokasi yang lebih aman. Selama proses pembangunan, kegiatan tetap berjalan di bawah jembatan.

Gedung baru selesai pada tahun 2019. Pandemi Covid-19 sempat menghambat kegiatan, namun dimanfaatkan untuk mendirikan Yayasan Sekolah Sungai Siluk, yang menaungi JES dan program-program lainnya.

JES adalah komunitas non-profit. Keberlanjutan program dijalankan dengan strategi yang cerdas. Sumber utama pembiayaan berasal dari Kedai Sinau Siluk dan penjualan botol bekas yang dikumpulkan peserta kelas melukis. Sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel diterapkan. Keuntungan dari Kedai Sinau Siluk dialokasikan sebagian untuk biaya operasional.

Kolaborasi menjadi kunci keberhasilan JES. Kerjasama dengan seniman, mahasiswa, dan lembaga lain memperkaya program-program yang ditawarkan. Hubungan kolaboratif ini dibangun dan dipelihara melalui komunikasi yang terbuka dan komitmen bersama.

Dampak positif JES terhadap masyarakat sekitar terlihat jelas, meskipun belum terukur secara kuantitatif. Terciptanya ruang yang nyaman untuk belajar dan berkegiatan, akses pendidikan non-formal yang gratis, dan berbagai pelatihan bagi warga adalah beberapa di antaranya. Ke depan, Mas Kuat bermimpi mengembangkan JES menjadi sekolah alam yang memiliki kurikulum formal setara SD, tetap mengedepankan pendidikan karakter, seni, budaya, dan kepedulian lingkungan.

Kisah Jembatan Edukasi Siluk adalah bukti nyata bahwa dari sebuah keresahan kecil, dapat lahir sebuah gerakan besar yang menginspirasi. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana kepedulian terhadap lingkungan dan pendidikan dapat menciptakan perubahan positif bagi masyarakat. Semoga kisah ini menginspirasi generasi muda untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Berita Terkini

Lebih dari Sekadar Pelindung Kaki

Gaya Hidup • Sabtu, 31-May-2025 07:00

Membuat Donat Coklat Meses di Rumah

Kuliner • Senin, 26-May-2025 10:30