Dari Buton ke Samarinda "Kisah Sukses Sanggar Seni Sapati Lestarikan Warisan Leluhur"

Senin, 27 Oct 2025 07:14
Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda aktif melestarikan budaya Buton di perantauan. Perayaan HUT ke-V mereka menampilkan seni tari dan musik tradisional, menarik perhatian tokoh masyarakat dan generasi muda. Dengan pelatihan rutin dan dukungan komunitas, Sultan Musa

NARASINETWORK.COM - Gemerlap seni dan budaya Buton memancar di Lapangan Kesenian Gunung Udik, Samarinda Ilir, saat Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda menggelar Pentas Seni HUT ke-V. Acara yang dihelat pada Sabtu malam ini, menjadi bukti nyata komitmen sanggar dalam melestarikan seni tradisional di perantauan.

Sorak sorai penonton menggema saat menyaksikan penampilan memukau dari para penari dan musisi muda Sanggar Seni Sapati. Pertunjukan demi pertunjukan, mulai dari Sou Latotou yang rancak, Tari Mangaru yang anggun, hingga Pencak Silat yang memukau, sukses menghipnotis para penonton yang hadir. Tak ketinggalan, Tari Linda, Tari Pitepi, Tari Lita Mandar, dan Tari Lincapa turut memeriahkan malam tersebut. Selain penampilan dari internal sanggar, Pentas Seni HUT ke-V juga dimeriahkan oleh penampilan istimewa dari Sanggar Seni Pelangi.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti Babinsa Sidodamai, Camat Samarinda Ilir, Lurah Sidodamai, Lurah Sungai Dama, serta para tokoh masyarakat dan agama. Kehadiran mereka menjadi bukti dukungan terhadap upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda.

Dengan mengusung tema "Membangun Kesadaran Atas Pentingnya Melestarikan dan Menjaga Kebudayaan Tradisional", perhelatan ini menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya menjaga warisan budaya leluhur.

Berdiri sejak 26 Juni 2016 di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Sanggar Seni Sapati kemudian melebarkan sayapnya ke Samarinda pada 10 Januari 2021. Sejak saat itu, Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda menjadi wadah bagi masyarakat Buton di perantauan untuk mengembangkan bakat seni tari dan musik tradisional.

Menurut Muhamad Adin Hatim, A.Md.Tra, Ketua Umum Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda, sanggar ini rutin mengadakan latihan setiap malam Sabtu dan Minggu setelah shalat Isya. Hingga saat ini, Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda telah berhasil melakukan empat kali pengkaderan dengan total 101 kader.

“Awalnya, misi kami adalah melestarikan budaya Buton di Samarinda, khususnya bagi masyarakat Buton dan sekitarnya. Dua tahun terakhir ini menjadi tantangan tersendiri, tetapi kami berkomitmen untuk terus menjaga konsistensi dalam pelestarian budaya Buton,” ujar Muhamad Adin Hatim.

Nama "Sapati" sendiri diambil dari salah satu jabatan penting dalam Kesultanan Buton. Pemegang jabatan Sapati adalah sosok yang piawai, cerdas, adil, dan bertanggung jawab. Nama ini diharapkan dapat menginspirasi para anggota sanggar untuk terus menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat (budaya).

Pentas Seni HUT ke-V Sanggar Seni Sapati bukan hanya sekadar ajang hiburan. Lebih dari itu, acara ini bertujuan untuk mengedukasi generasi penerus tentang pentingnya melestarikan nilai-nilai moral dan budaya yang terkandung dalam seni tradisional. Selain itu, acara ini juga menjadi momentum untuk merayakan perjalanan organisasi dan memberikan ruang bagi generasi muda untuk berkreasi dan berpartisipasi dalam pelestarian budaya.

Muhammad Amran, S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Umum Pengurus Besar, berharap agar Sanggar Seni Sapati selalu konsisten dalam melestarikan budaya, kompak, dan solid. Ia juga menekankan bahwa melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan oleh leluhur adalah tugas generasi penerus.

Senada dengan hal tersebut, La Raudi, S.S selaku Penasehat Sanggar, dan Hamzah selaku Pembina, berpesan kepada para kader Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda untuk menjaga persaudaraan, serta terus berkarya dan berbudaya.

Sanggar Seni Sapati Cabang Samarinda diharapkan dapat terus menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan minat generasi penerus terhadap budaya Buton, serta mendorong mereka untuk mempelajari dan melestarikannya, meskipun berada di perantauan. Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan agar upaya pelestarian budaya ini dapat terus berkembang dan berkelanjutan.

Source : Sultan Musa(@sultanmusa97) - Eksplorer & Penulis Buku

 


Berita Terkini