NARASINETWORK.COM - Sebagai stasiun yang dahulu pernah menjadi yang termegah di Asia Tenggara, Stasiun Tanjung Priok memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi Batavia. Selesai dibangun pada tahun 1883 dan diresmikan pada tahun 1885, stasiun ini menjadi bagian integral dari Pelabuhan Tanjung Priok, yang pada masa itu berperan sebagai gerbang utama kota Batavia yang menghubungkan wilayah ini dengan berbagai penjuru dunia.
Menurut legenda yang beredar, di dalam bangunan bersejarah ini terdapat terowongan rahasia yang pada zaman dahulu digunakan untuk berbagai keperluan penting. Terowongan ini dikabarkan membentang hingga Pelabuhan Sunda Kelapa dan bahkan mencapai Istana Negara. Hingga saat ini, keberadaan terowongan tersebut masih menjadi misteri yang belum terpecahkan, sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang penasaran.
Stasiun Tanjung Priok terdiri dari dua lantai dengan tata ruang berbentuk huruf U. Bangunan utama menghadap langsung ke arah Pelabuhan Tanjung Priok, berfungsi sebagai pintu masuk utama. Sementara itu, kedua sayap bangunan difungsikan untuk menunjang berbagai kegiatan, termasuk sebagai akomodasi bagi para penumpang yang menunggu kedatangan kapal laut. Kamar-kamar penginapan di sayap kiri secara khusus diperuntukkan bagi penumpang berkebangsaan Belanda dan Eropa, sementara ruang bawah tanah kemungkinan besar digunakan sebagai gudang logistik.
Desain arsitektur stasiun ini mengusung gaya Art Deco, yang ditandai dengan permainan garis-garis vertikal dan horizontal yang khas. Bentuk persegi mendominasi bangunan, baik secara keseluruhan maupun dalam detail elemen-elemen seperti bidang bukaan, pintu, dan jendela. Garis-garis moulding, lubang-lubang pada cornice, garis-garis vertikal pada kolom, serta lekukan pada dinding turut memperkaya keindahan arsitektur stasiun ini. Kaca patri dan ornamen profil menghiasi dinding stasiun, memberikan kesan megah dan kokoh yang semakin dipertegas oleh keberadaan kolom-kolom besar di beranda utama. Area loket penjualan karcis dirancang berbentuk ceruk, diperkuat dengan lapisan dinding marmer dan deretan jendela kaca yang memungkinkan cahaya alami masuk dengan leluasa. Atap peron menggunakan model atap pelana bersusun bentang lebar dengan material kuda-kuda baja dan penutup atap seng gelombang, semakin memperkuat karakter Art Deco yang melekat pada Stasiun Tanjung Priok.
Setelah diresmikan pada tahun 1925, Stasiun Kereta Tanjung Priok mengalami masa kemunduran akibat persaingan dengan Bandar Udara Kemayoran. Pada masa Perang Dunia II dan pendudukan Jepang, stasiun ini sempat terabaikan. Namun, berkat upaya revitalisasi besar-besaran yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2000, dan diresmikan kembali pada tahun 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, stasiun ini kembali difungsikan sebagai stasiun penumpang. Kebangkitan kembali ini menjadi bukti nyata akan nilai sejarah dan budaya yang dimiliki oleh Stasiun Tanjung Priok.
Saat ini, Stasiun Tanjung Priok tidak hanya berfungsi sebagai stasiun kereta api, tetapi juga menjadi objek wisata sejarah yang menarik. Para pengunjung dapat menikmati suasana masa lalu, mengagumi arsitektur kolonial yang megah, serta mempelajari sejarah transportasi dan perdagangan di Jakarta. Upaya pelestarian dan restorasi terus dilakukan untuk mempertahankan keaslian bangunan, sambil tetap menyesuaikannya dengan kebutuhan masa kini.
Stasiun Tanjung Priok merupakan destinasi wisata yang sangat ideal bagi Anda yang ingin mengisi waktu liburan dengan kegiatan yang bermanfaat dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi tempat ini dan merasakan sendiri pesona keindahan serta kekayaan sejarah yang terkandung di dalamnya.