Lautra Program KKP Jadikan Banda Neira Percontohan Konservasi Terpadu

Rabu, 29 Oct 2025 09:52
    Bagikan  
Lautra Program KKP Jadikan Banda Neira Percontohan Konservasi Terpadu
Istimewa

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan Banda Neira sebagai model integrasi konservasi laut, arkeologi, dan budaya maritim melalui program Lautra. Program ini bertujuan menjadikan Banda Neira sebagai laboratorium ekonomi pesisir berkelanjutan

NARASINETWORK.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) secara resmi menetapkan Banda Neira, Maluku, sebagai kawasan percontohan untuk integrasi konservasi laut, arkeologi, dan budaya maritim. Langkah ini diwujudkan melalui program unggulan, Laut untuk Kesejahteraan (Lautra), yang bertujuan menjadikan wilayah tersebut sebagai living laboratory bagi ekonomi pesisir berkelanjutan. Keseimbangan antara ekologi, ekonomi, serta sosial budaya akan menjadi fondasi utama dalam pembangunan wilayah pesisir.

Penetapan ini menandai tonggak penting dalam upaya komprehensif menjaga kelestarian lingkungan laut Indonesia, sekaligus memberikan pengakuan terhadap nilai historis dan kekayaan budaya yang dimiliki Banda Neira. Program Lautra, yang menjangkau 11 provinsi dengan total area konservasi mencapai 8,3 juta hektare, akan menjadi platform krusial dalam pengembangan model pengelolaan terpadu yang berkelanjutan dan dapat direplikasi secara nasional.

Pendekatan yang diimplementasikan di Banda Neira tidak hanya berfokus pada aspek pelestarian ekosistem laut, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat pesisir melalui penguatan ekonomi lokal dan skema pembiayaan berkelanjutan (blue financing). Dengan menargetkan 75.000 penerima manfaat langsung, termasuk 30% kelompok perempuan pesisir, program ini diharapkan menjadi benchmark nasional dalam mewujudkan harmoni antara alam dan budaya demi kesejahteraan masyarakat.

Penetapan Banda Neira sebagai model integrasi ini merupakan validasi atas potensi unik yang dimiliki wilayah tersebut. Banda Neira memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan rempah-rempah global, dengan warisan budaya yang tercermin dalam arsitektur kolonial, tradisi bahari, dan adat istiadat masyarakat setempat.

Lebih lanjut, Banda Neira memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa, mencakup ekosistem terumbu karang yang vital, hutan mangrove yang berfungsi sebagai blue carbon, serta berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Integrasi konservasi laut, arkeologi, dan budaya maritim diharapkan menghasilkan model pengelolaan yang berkelanjutan, menghormati nilai-nilai sejarah dan budaya, sekaligus melindungi ekosistem laut yang rentan.

Program Lautra merupakan manifestasi dari komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengelolaan sumber daya laut yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Program ini mencakup serangkaian kegiatan strategis, antara lain :

- Konservasi dan Rehabilitasi Ekosistem Laut: Melindungi dan memulihkan terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, serta habitat penting lainnya.

- Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Sumber Daya Laut: Mendorong praktik perikanan berkelanjutan, ekowisata bahari, pengembangan produk-produk lokal bernilai tambah, serta diversifikasi mata pencaharian masyarakat pesisir.

- Peningkatan Kapasitas dan Pemberdayaan Masyarakat: Memberikan pelatihan, pendampingan, serta akses terhadap teknologi dan informasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat pesisir dalam mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan.

- Pengembangan Skema Pembiayaan Berkelanjutan: Mengembangkan mekanisme pembiayaan inovatif, termasuk blue bonds, investasi dampak, dan kemitraan publik-swasta, untuk mendukung konservasi laut dan pembangunan ekonomi pesisir.

Dengan target menjangkau 75.000 penerima manfaat langsung, Program Lautra diharapkan memberikan dampak transformatif bagi masyarakat pesisir di Banda Neira dan wilayah lain di Indonesia. Program ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan di negara-negara kepulauan lainnya.

Meskipun memiliki potensi besar, implementasi program integrasi konservasi laut dan budaya maritim di Banda Neira juga menghadapi sejumlah tantangan kompleks. Beberapa tantangan utama meliputi :

- Dampak Perubahan Iklim: Kenaikan suhu air laut, peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrem, serta sea level rise dapat mengancam ekosistem laut dan kehidupan masyarakat pesisir.

- Polusi Laut: Pencemaran dari aktivitas industri, pertanian, dan limbah domestik dapat merusak kualitas air laut dan mengancam kesehatan ekosistem laut.

- Praktik Perikanan Destruktif dan IUU Fishing: Penangkapan ikan menggunakan bahan peledak, alat tangkap ilegal, serta illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing dapat merusak habitat laut dan mengancam keberlanjutan sumber daya ikan.

- Kurangnya Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat: Tingkat kesadaran yang rendah mengenai pentingnya konservasi laut serta kurangnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya laut dapat menghambat upaya pelestarian lingkungan.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat sipil, sektor swasta, lembaga riset, serta organisasi internasional. Selain itu, diperlukan investasi berkelanjutan dalam pendidikan, penelitian dan pengembangan, inovasi teknologi, serta penegakan hukum yang efektif.

Dengan komitmen yang kuat, kepemimpinan yang visioner, serta partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, Banda Neira berpotensi menjadi model inspiratif bagi pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

Keberhasilan program ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat pesisir, kelestarian lingkungan laut, serta pelestarian warisan budaya maritim Indonesia.

 


Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Melampaui Panggung "Rudolf Puspa dalam Pemikiran dan Aksi"
Lautra Program KKP Jadikan Banda Neira Percontohan Konservasi Terpadu
Nuning Purnamaningsih : Dialektika Tradisi dan Modernitas dalam Praktik Komunikasi di Indonesia
Kang DS : Film "Bedas Manunggal Sajati" untuk Motivasi Pemuda Kabupaten Bandung Raih Mimpi
KPK Selidiki Dugaan Kasus di Proyek Kereta Cepat Whoosh
Reduksi Pengalaman Seni di Era Media Sosial : Antara Apresiasi Sejati dan Validasi Virtual
Dimsum Mengungkap Keajaiban di Balik Keranjang Bambu
Mie Ayam "Mengapa Semua Orang Menyukai Kelezatannya?"
Hari Sumpah Pemuda ke-97 : Erick Thohir Tekankan Pentingnya Pemuda Patriotik dan Berempati
Pengawasan Intensif OJK : Refleksi atas Pencabutan Izin Usaha BPR dan Tantangan Penyehatan Sektor Perbankan
Program Makan Bergizi Gratis Hadir Kembali di Kota Cirebon, Dorong Kemandirian Gizi Anak
Program Makan Bergizi Gratis Kembali Hadir di Blitar, Tekankan Kebermanfaatan bagi Masyarakat
Antara Tradisi dan Kontemporer : Relevansi Pranatamangsa di Era Perubahan Iklim
Ekologi Batin "Memaknai Alam sebagai Ruang Refleksi Eksistensial"
Dr. Ruth Indiah Rahayu Ungkap Ketidakadilan Sosial Melalui Lensa Ekofeminisme dalam Kuliah Terbuka di Jakarta
Nominasi Penghargaan Sastra BRICS 2025 Diumumkan, Soroti Kerja Sama Lintas Negara
Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Karawang, Wujud Sinergi Menuju Generasi Emas Indonesia
Khoiril Anwar Resmi Gantikan Almarhumah Tiktik Kartika di DPRD Kabupaten Bandung
Targetkan Nol Persen Kemiskinan Ekstrem di 2026, Pemkab Bandung Sambut Baik Pendampingan BRAC
Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Desa Rahayu Bandung, Cetak Generasi Sehat dan Berdaya Saing