NARASINETWORK.COM - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir mengambil langkah tegas dengan memberikan ultimatum kepada empat cabang olahraga (cabor) yang masih berkutat dengan dualisme kepengurusan. Tindakan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menuntaskan masalah yang menghambat kemajuan olahraga nasional.
Dualisme di cabang tenis meja, anggar, tinju, dan sepak takraw telah berlangsung lama, menyebabkan perpecahan internal dan merugikan atlet yang seharusnya bisa berprestasi di kancah internasional. Menpora Erick Thohir menyadari betul bahwa masalah ini harus segera diakhiri demi mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai kekuatan olahraga dunia.
"Dualisme ini harus segera diselesaikan. Setelah itu, kita baru bisa bicara mengenai Desain Besar Olahraga Nasional, PON, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade," tegas Menpora Erick.
Kemenpora pun mendorong Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk berperan aktif dalam menyelesaikan sengketa ini melalui musyawarah dan mufakat, sesuai dengan Undang-Undang Keolahragaan.
Surat resmi telah dikirimkan kepada kedua lembaga tersebut pada 1 Oktober 2025, dengan batas waktu penyelesaian hingga akhir Desember 2025.
Menpora Erick juga mengingatkan semua pihak untuk mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ia menegaskan bahwa Kemenpora siap mengambil alih dan membuat keputusan yang diperlukan jika masalah ini tidak kunjung selesai, demi menyelamatkan atlet dan prestasi olahraga Indonesia.
"Sudah terlalu lama para atlet menjadi korban. Saya ingatkan kembali kepada para pihak untuk melepaskan kepentingan pribadi dan ego masing-masing demi kejayaan olahraga kita," ujarnya.
Langkah tegas Menpora Erick Thohir ini diharapkan menjadi momentum penting untuk mereformasi tata kelola olahraga di Indonesia. Dengan kepengurusan yang solid dan harmonis, atlet Indonesia dapat fokus pada peningkatan kemampuan dan meraih prestasi gemilang di berbagai ajang internasional.
Penyelesaian dualisme cabor bukan hanya sekadar menertibkan organisasi, tetapi juga merupakan investasi untuk masa depan olahraga Indonesia yang lebih baik.
