Jaringan Aktivis Muda Lintas Organisasi Beri Dukungan Untuk Tempo

Rabu, 26 Mar 2025 22:00
    Bagikan  
Jaringan Aktivis Muda Lintas Organisasi Beri Dukungan Untuk Tempo
SKUAD Indemo

Jaringan Aktivis Muda Lintas Organisasi Beri Dukungan Untuk Tempo

NARASINETWORK.COM - Jakarta, SKUAD INDEMO menyampaikan dukungan dan simpati atas insiden teror yang menimpa Tempo dalam beberapa hari terakhir. Media tersebut menerima kiriman kepala babi serta beberapa bangkai tikus yang terpenggal, sebuah aksi yang dinilai sebagai upaya intimidasi terhadap kebebasan pers.

Dalam sebuah diskusi bersama, Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Tempo, Bagja Hidayat, menyoroti pola teror ini sebagai tindakan yang tidak bisa dianggap remeh. “Pelaku peneroran ini bukanlah orang sembarangan. Sangat mungkin mereka memiliki pemahaman mendalam tentang simbolisme serta melakukan riset sebelum bertindak,” ujar Bagja Hidayat.

Teror terhadap Tempo memicu reaksi luas dari berbagai kalangan, termasuk aktivis, jurnalis, penggiat seni dan penggiat demokrasi yang mengecam tindakan tersebut sebagai ancaman nyata terhadap kebebasan pers di Indonesia. Selain mengecam tindakan tersebut, SKUAD INDEMO juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap semakin sempitnya ruang demokrasi akibat ancaman terhadap kebebasan berpendapat dan berekspresi. Salah satu aktivis muda yang tergabung dalam jaringan ini menilai bahwa teror semacam ini berpotensi berkembang menjadi tindakan persekusi yang lebih serius. “Setelah kepala babi dan bangkai tikus, kami khawatir sejarah kelam terulang dengan pengiriman kepala manusia, seperti yang pernah terjadi di masa lalu,” ujarnya.


Dalam diskusi bersama, Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Tempo, Bagja Hidayat, menilai bahwa pola teror ini bukan sekadar ancaman terhadap media, tetapi juga bagian dari dinamika sosial-politik yang lebih luas. “Kemungkinan tindakan peneroran ini berupaya untuk memecah atensi publik, sebagaimana terjadi dalam eskalasi gerakan sosial-politik sebelumnya. Jika dulu barangkali artis atau influencer digunakan sebagai tameng untuk membentuk opini publik dan meredam gerakan massa, mungkin hari ini pers yang menjadi sasaran," ungkapnya.


Jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana atau Cica, juga menyoroti indikasi penyensoran terhadap beberapa kata kunci dalam rilis pers belakangan ini. Ia menegaskan bahwa pembatasan informasi seperti ini menjadi alarm bagi kebebasan pers di Indonesia.

Selain itu, Cica turut mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus lain yang terjadi dalam waktu berdekatan. Ia menyebut bahwa seorang jurnalis perempuan bernama Juwita (23) meninggal dengan cara yang janggal. “Dia menulis tentang skandal Perusahaan tertentu di Kalimantan, lalu tiba-tiba meninggal. Kasus ini sedang diusut, tapi kita tahu betul, ini bukan kejadian biasa. Ini harus menjadi perhatian bersama” pungkasnya.
Cica melanjutkan, “Beberapa hari yang lalu, rekan jurnalis saya juga mengalami doxing. Ia diserang dengan narasi yang merendahkan oleh buzzer secara sistematis, hanya karena menuliskan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Padahal, itu adalah data resmi yang dapat diakses secara terbuka di situs web pemerintah.”


Selain itu, Cica juga membagikan pengalamannya sebagai jurnalis perempuan. Ia menuturkan bahwa ancaman dan tekanan terhadap jurnalis perempuan sering kali lebih kompleks, tidak hanya menyasar karya jurnalistik mereka, tetapi juga merambah ke ranah pribadi, termasuk intimidasi berbasis gender hingga keamanan keluarga. Selain itu, Cica mengungkapkan bahwa kekhawatiran terbesarnya bukanlah keselamatannya di Jakarta, melainkan keamanan keluarganya yang berada jauh dari pusat perhatian publik.

"Di Jakarta, saya mungkin mendapatkan perlindungan dari teman-teman dan dukungan dari publik. Apapun yang terjadi pada saya akan menjadi perhatian banyak orang. Namun, yang tidak terpantau adalah keluarga saya di sana. Saya justru lebih khawatir dengan apa yang bisa terjadi pada mereka," ujarnya.


Baginya, ancaman terhadap jurnalis tidak hanya menyasar individu, tetapi juga orang-orang terdekat mereka, terutama yang berada di luar jangkauan perhatian publik dan media. Cica membayangkan bahwa jika dirinya yang berada di arus utama media seperti Tempo masih menghadapi tekanan semacam ini, maka aktivis-aktivis perempuan lainnya yang tidak memiliki perlindungan serupa kemungkinan mengalami perlakuan yang lebih berat. Ia menaruh perhatian pada mereka, perempuan-perempuan yang berjuang di garis depan tanpa dukungan yang memadai dan berisiko menghadapi intimidasi yang lebih besar.


Tempo mengapresiasi dukungan dan simpati yang diberikan oleh Jaringan Aktivis Muda Lintas Organisasi atas insiden teror yang menimpanya. "Di tengah berbagai stigma negatif yang sering dilekatkan pada generasi muda, kita bisa melihat bahwa mereka memiliki kepedulian dan pemahaman yang tajam terhadap ancaman terhadap demokrasi di negeri ini," ujar Bagja Hidayat, perwakilan Tempo.


Teror terhadap Tempo bukanlah yang pertama dalam sejarah jurnalisme Indonesia. Berkali-kali, pers menghadapi tekanan, intimidasi, bahkan kekerasan. Namun, sejarah juga membuktikan bahwa jurnalisme tidak bisa dibungkam. Di tengah ancaman, solidaritas terus mengalir. Dari aktivis hingga masyarakat sipil, suara mereka menggema: kebebasan pers adalah fondasi demokrasi yang tak bisa ditawar.


Pendiri Tempo, Goenawan Mohamad, pernah berkata, "Kata-kata tidak bisa dibunuh." Dan disinilah perlawanan bermula, bukan dengan senjata, tetapi dengan keberanian untuk terus menulis, mengungkap kebenaran, dan menolak tunduk pada ketakutan.

Source : Arie Muslichudin

Penulis merupakan Mahasiswa di Universitas Paramadina dan Penggiat Demokrasi di Sekolah Kaderisasi Untuk Aktivis Demokrasi (SKUAD) Indonesian Democracy Monitor (INDEMO).

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Ekspresi Kritik Sosial : Lokakarya Seni Visual bersama Toni Malakian
Feminimitas dan KRL Commuter Line : Navigasi Ruang Publik, Identitas, dan Semangat Kerja Perempuan Jakarta   
Harkitnas 2025 di Museum Kebangkitan Nasional "Semangat Bangkit dan Berdaya untuk Indonesia Maju"
Segarnya Acar Timun Eksplorasi Sensorik Kuliner
Hangatnya Sup Labu : Resep Sederhana untuk Tubuh yang Sehat
Keanggunan yang Tak Lekang Waktu : Kalung Mutiara untuk Kesempurnaan Padu Padan Profesional
Sup Kacang Merah Kentang : Nutrisi dan Kelezatan Penggugah Selera
Wawancara Tokoh : Tya Subiakto & Alex Kuple "Two Voices, One Vision"
Kemenpora Resmi Lepas Timnas Minifootball Indonesia ke Piala Dunia 2025 di Azerbaijan
Bukit Indah Hambalang Cafe and Restaurant : The Perfect Weekend Getaway
Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo Dukung Penuh Timnas Minifootball Menuju Piala Dunia
Mitos atau Fakta?  Mengapa Masakan Warmindo Terasa Lebih Enak?
Menjelajah Dunia Lewat Buku : Semangat Hari Buku Nasional 2025
Tak Puas dengan Respons Dispora dan NPCI Jabar, Pengurus dan Atlet NPCI Kota Cirebon Siap Demo
Wawancara Tokoh : Hilmi Faiq Mengurai Paradox Konektivitas Digital dalam Pameran Tunggal Mice Cartoon
Gantole : Menaklukkan Langit, Membangun Keterampilan
Optimalisasi Energi melalui Konsumsi Cokelat
Investasi Budi : Merawat Orang Tua di Usia Senja
Mengelola Panas Berlebih pada Aki Mobil : Pencegahan dan Perawatan Optimal
Lebih dari Sekadar Like : Eksplorasi Hubungan Manusia di Era Digital melalui Pameran Tunggal Mice Cartoon