NARASINETWORK.COM - DARI DESA LAHIR INSPIRASI : "Menampilkan kisah-kisah inspiratif, Segmen ini berfokus pada cerita individu yang berasal dari desa dan mencapai kesuksesan atau membuat perubahan signifikan dalam hidup mereka, maupun kehidupan orang lain."
Kisah-kisah ini dimaksudkan untuk memotivasi dan menginspirasi pembaca NARASINETWORK.COM.
Pada sesi ke-5 ada sosok Firman Wally, Lahir di Tahoku pada 3 April 1995, Firman Wally adalah seorang penulis yang juga merupakan alumni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pattimura (Unpatti). Karyanya dikenal melalui puisi-puisinya yang menggugah, seperti "Lelaki Leihitu," "Kutemukan Penyesalan di Setiap Kehilangan," dan "Menghibur Luka."
Karya sastranya telah terbit di sekitar 90 antologi bersama, baik dengan penyair nasional maupun internasional, termasuk "Dari Negeri Poci KHATuLISTIWA," "Jazirah 11 Laut dan Kembara Kata-kata," "Jambore Asia Tenggara Ijen Purba Tanah Air dan Batu," "Puisi Teh Penyair Asia Tenggara Teh Imajinasi dan Puisi," "Pertemuan Penyair Nusantara XIII 2025 Layang-Layang Tak Milih Tangan," dan Wabul Sawi Festival "Tahan Apilan." Selain menulis, Firman kini aktif sebagai pengajar di SMA Negeri 27 Maluku Tengah.
Dukungan penuh dari SMA Negeri 27 Maluku Tengah, tempat Firman mengajar, memfasilitasi keberangkatannya untuk mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII. Sekolah menanggung seluruh biaya tiket pesawat, menunjukkan eratnya rasa kekeluargaan dan dukungan di lingkungan SMA Negeri 27 Maluku Tengah.
Perjalanan Firman dimulai pada 8 September 2025, diantar adiknya dengan sepeda motor menuju Bandara Pattimura Ambon. Perjalanan dari Dusun Tahoku, Desa Hila, Kecamatan Leihitu, memakan waktu sekitar satu jam, tiba di bandara pukul 04:00 WIT, jauh sebelum jadwal keberangkatan pukul 06:30 WIT. Pesawat kemudian terbang menuju Bandara Soekarno-Hatta, mendarat dengan selamat pada pukul 08:10 WIB.
Setibanya di Jakarta, Firman mengambil koper dan menghubungi sastrawan Kurnia Efendi, yang telah lama berkomunikasi dengannya. Ia melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Rawamangun, lalu dijemput oleh Kef dengan mobil Suzuki peraknya. Setelah beristirahat sejenak, Firman tiba di rumah baca Baca Di Tebet, Jakarta Selatan, dan bertemu dengan Wien Muldian, seorang penggerak literasi yang menawarkan tempat menginap. Selama tiga hari, ia bertemu dengan teman-teman dari Ambon yang berkuliah di Jakarta, serta mengunjungi Kota Tua dan Kampus Universitas Indonesia.
Pada tanggal 11 September 2025, Firman bersiap menuju lokasi PPN dan diantar oleh Narima Ivana, seorang pegiat seni Jakarta. Di dalam bus, ia bertemu dengan penyair-penyair yang pernah terlibat dalam antologi yang sama, termasuk Siti Salmah. Bus menuju BPMP, titik awal kegiatan PPN XIII. Pertemuan dengan sesama penyair menjadi ajang untuk berbagi cerita dan pengalaman.
PPN adalah wadah pertemuan bagi penyair-penyair terbaik se-Asean, dari Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Acara ini menghadirkan materi dari para ahli sastra, memberikan ilmu yang bermanfaat bagi para peserta.
PPN XIII berlangsung sukses dari 11 hingga 14 September 2025, dimulai dengan pembukaan di Taman Ismail Marzuki, kunjungan dan pembelajaran di Perpustakaan Nasional, pembacaan puisi di Monumen Nasional, dan penutupan di Badan Bahasa Jakarta. Bagi Firman, ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti acara seperti ini setelah delapan tahun berkecimpung di dunia sastra.
PPN tidak hanya menjadi ajang pertemuan, tetapi juga mempererat tali persahabatan. Pertemuan langsung dengan orang-orang yang sebelumnya hanya berinteraksi melalui media sosial menjadi momen yang tak terlupakan.