NARASINETWORK.COM - Bogor, Peringatan 51 tahun peristiwa 15 Januari 1974 (Peristiwa Malari) dan 25 tahun berdirinya Indonesia Demokrasi Monitor (Indemo) dirayakan bersama pada Rabu, 15 Januari 2025, di Bogor Green Forest, Jalan Soemantadiredja Nomor 99, Bogor Selatan.
Acara yang berlangsung mulai pukul 12.00 WIB hingga selesai ini menjadi momentum refleksi atas perjalanan dan kondisi demokrasi Indonesia saat ini.
Peringatan tersebut menampilkan karya para anggota muda SKUAD (Sekolah Kaderisasi Untuk Aktivis Demokrasi) Indemo. Mereka mempersembahkan puisi, orasi, poster, serta cipta tagar dan caption yang bertemakan demokrasi Indonesia. Partisipasi aktif generasi muda ini menunjukkan kesinambungan perjuangan untuk demokrasi di Indonesia.
Sukaedah Dewi Mayumi, S.H dengan Bapak dr.Hariman Siregar
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Hariman Siregar (aktivis Peristiwa Malari), Jimly Asshiddiqie (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, hakim MK, dan praktisi hukum), Roy Suryo (mantan Menteri Pemuda dan Olahraga), dan Todung Mulya Lubis (aktivis dan pengacara). Kehadiran mereka memperkuat makna peringatan ini sebagai momentum refleksi dan dialog mengenai demokrasi Indonesia.
Sukaedah Dewi Mayumi, S.H salah satu pengacara muda yang juga merupakan anggota SKUAD Indemo. Yang dikaderisasi menjadi aktivis muda, menambahkan ; "Di tengah tantangan yang dihadapi oleh demokrasi kita saat ini, kita harus ingat bahwa perjuangan untuk demokrasi adalah tanggung jawab bersama. Generasi muda, melalui kreativitas dan semangat mereka, adalah pilar harapan kita. Mari kita terus berkolaborasi, berdialog, dan berjuang bersama untuk memastikan bahwa suara rakyat tetap didengar dan dihargai. Peringatan ini bukan hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga mengingatkan kita untuk terus bergerak maju demi masa depan demokrasi yang lebih baik di Indonesia."
Peringatan bersama Peristiwa Malari dan Indemo ini bukan sekedar upacara peringatan. Acara ini bertujuan untuk mengingatkan pentingnya mempertahankan dan memperkuat demokrasi di Indonesia. Dengan menghubungkan dua momentum bersejarah ini, panitia berharap dapat memicu refleksi kritis terhadap perkembangan demokrasi dan mendorong upaya konkret untuk memperbaiki kondisi demokrasi yang dianggap mengalami penurunan.
Acara ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang demi demokrasi yang lebih berkualitas.
(*)