Cangkruan Bareng Gusdurian Madiun: Tribute to Mbah Harto, Mengenang Jejak Sang Budayawan

Kamis, 20 Feb 2025 18:00
    Bagikan  
Cangkruan Bareng Gusdurian Madiun: Tribute to Mbah Harto, Mengenang Jejak Sang Budayawan
Gusdurian Madiun

Cangkruan Bareng Gusdurian Madiun: Tribute to Mbah Harto, Mengenang Jejak Sang Budayawan

NARASINETWORK.COM - Madiun, Malam (19/02/2025) yang penuh makna digelar di Sanggar Budaya Aswin Loka, Kota Madiun, dalam acara bertajuk "Cangkruan Bareng Bersama Gusdurian Madiun: Tribute to Mbah Harto". Acara ini merupakan bentuk penghormatan bagi almarhum Mbah Harto, seorang budayawan, akademisi, aktivisme kemanusiaan, serta Ketua LESBUMI Kota Madiun, yang telah berlangsung pada 14 Februari 2025.

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ini diawali dengan Perayaan dari Ketua Gusdurian Madiun, Haris Saputra, yang menegaskan bahwa Mbah Harto adalah sosok inspiratif yang melestarikan budaya dan sejarah Kota Madiun begitu besar. “Beliau bukan hanya seorang sejarawan, tetapi juga seorang pejuang kebudayaan yang selalu mengajarkan kita untuk merawat nilai-nilai luhur,” ujarnya.

Upacara Usai, acara dilanjutkan dengan doa bersama untuk almarhum, diikuti oleh sesi testimoni dari para sahabat yang pernah berinteraksi dengan Mbah Harto. Setiap kesaksian yang disampaikan mengingatkan hadirin akan dedikasi almarhum dalam menghidupkan seni dan kebudayaan di Madiun.

Dalam momentum acara ini, ada pembacaan puisi oleh Fileski Walidha Tanjung, seorang penyair nasional. Dalam testimoninya, Fileski mengungkapkan bahwa meski ia tidak begitu akrab dengan Mbah Harto, ia merasakan kehadiran almarhum melalui getaran energi yang hadir dalam acara tersebut. “Menurut ilmu fisika fisika, energi tidak bisa dihancurkan, hanya berubah bentuk. Meski Mbah Harto telah pergi, energinya masih bisa kita rasakan,” tutur Fileski.

Selain itu, acara ini juga menghadirkan berbagai tokoh budaya dan sejarah Kota Madiun, seperti Septian Dwi Kharisma (Ketua HvM), Bernardi (pemilik Pasar Pundensari, senior HvM), Adjie Prasetyo (perupa asli Madiun), Dhe Sulung (senior HvM), Pak Tatang (Bendahara LESBUMI Kota Madiun), Mas Wija (Disbudparpora Kota Madiun), Husein (Ketua IPNU Kota Madiun), serta Titus Tri Wibowo (Ketua JKM). Para sahabat Mbah Harto dari berbagai kota juga turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.

Beberapa tokoh yang hadir menyampaikan kesan positif terkait acara ini: Septian Dwi Kharisma berujar "Mbah Harto adalah teladan bagi kita. Beliau mengajarkan bahwa budaya bukan sekadar warisan, tetapi harus diperjuangkan dan dilestarikan. Acara ini menjadi bukti bahwa dedikasinya tidak akan pernah hilang." ditambahkan oleh Bernardi "Kami merasa kehilangan sosok yang selalu memperjuangkan sejarah dan budaya dengan sepenuh hati. Malam ini, kita semua dipertemukan dalam satu frekuensi, seolah-olah Mbah Harto yang mempertemukan kita kembali." Ketua JKM, Titus Tri Wibowo "Seniman dan budayawan seperti Mbah Harto jarang ada. Ia tidak hanya berkarya, tetapi juga merawat memori kolektif masyarakat. Kehadirannya akan selalu hidup dalam semangat berkebudayaan yang kita jaga."

Malam itu ditutup dengan suasana haru, di mana para hadirin bersama-sama mengenang Mbah Harto lewat kisah, doa, dan apresiasi terhadap jejak langkah yang telah ia tinggalkan. Puisi “Jejak-jejak Langkahmu” karya Fileski menjadi simbol bahwa perjuangan dan nilai yang ditanamkan oleh almarhum akan terus mengalir, seperti sungai yang tak pernah berhenti bermuara.

Jejak langkahmu

Kau adalah sungai yang mengalir tenang,

tak terburu-buru, tapi tak pernah mampet,

meski bebatuan datang menantang,

kau tetap mengalir, menjaga harapan.


Di tubuhmu, waktu menorehkan arca,

tarian jiwa yang tak kasat mata,

gerakmu adalah sejarah yang terus menderu,

pada senja, pada pagi hari, kau abadi.

Dari bibirmu, kata-kata itu mengalir dengan sabar,

seperti dedaunan yang jatuh di ujung musim,

di tanganmu, kebudayaan itu seperti akar,

yang menembus ke jantung bumi.

Namun dunia tak selalu mengerti,

pada betapa kerasnya hati yang lelah,

pada kau, yang menanggung beban tak terucapkan,

ketika suara-suara datang seperti badai,

kau hanya tersenyum sambil memeluk kobar dengan ikhlasmu.

Kau kini tiada, namun sungai itu tetap ada,

di setiap aliran napas yang mengenangmu

dan jejak langkahmu terus menggema,

dalam tubuh tanah yang tak jemu menunggu.

2025

(*)




Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Hari Puisi Sedunia 2025: Merayakan Bahasa, Kreativitas, dan Kekuatan Kata-kata sebagai Terapi Diri
Dongeng: Jembatan Menuju Literasi Dini di Era Digital
Antisipasi Lonjakan Arus Mudik Lebaran 2025, Herman Khaeron Dorong Inovasi Transportasi
UNUSIA Hadir di Pameran Prangko:  Menelusuri Sejarah dalam Sekeping Kartu Pos
Jakarta Storytelling Circle: Menggali Makna "Deep Water" dalam Perayaan #WorldStorytellingDay
Mengenang Wahyu Prasetya : Peringatan 7 Tahun Wafatnya Sang Penyair Malang   
Taman Ismail Marzuki Gelar Diskusi Sastra Buya Hamka,  Hadirkan Tokoh-tokoh Terkemuka
Hikmah Nuzulul Quran 2025 :  Menjadikan Al-Quran Benteng Diri
Dari Bayang-Bayang ke Cahaya : Membangun Ruang Aman di Dunia Seni
Workshop Landscape KOLCAI Sukabumi Libatkan Mahasiswa dan Masyarakat Umum
Lebih dari Sekadar Mawar : Sebuah Eksplorasi Keindahan, Keterampilan, dan Simbolisme dalam Lukisan Cat Air   
Menyingkap Cinta Ilahi : Sebuah Interpretasi Lukisan Novi Priyanti atas Filosofi Rumi
Santa Claus : Sebuah Refleksi Toleransi Beragama dalam Goresan Media Cairan Kopi
GKJW Madiun, GUSDURian, dan Kelompok Lintas Iman Gelar Buka Puasa Bersama : Merajut Toleransi Keragaman
Dari Diam ke Dialog : Memulihkan Komunikasi dalam Persahabatan
Dua Siswi SMAN 2 Jorong Tampil di Pembacaan Syair Ramadan 2025 Negeri Kertas
Petugas Masjid di Cimahi Terima Santunan dalam Kegiatan Jurnalis Nyantri #4 2025
Tadarus Puisi dan Pameran Puisi Eksperimental : Merajut Keragaman dalam Sastra
Bantuan Nyata di Bulan Ramadan: PPTB Bandung Gelar Pasar Murah
Kantor Pertanahan Kota Bandung Tingkatan Sistem Layanan Antrian Baru Yang Lebih Tertib dan Nyaman