Talenta Pop-Up Gallery Gelar Pameran Tunggal "Identity" Dewa Made Mustika

Jumat, 24 Oct 2025 15:07
    Bagikan  
Talenta Pop-Up Gallery Gelar Pameran Tunggal "Identity" Dewa Made Mustika
Dewa Made Mustika

Seniman Bali, Dewa Made Mustika, akan menggelar pameran tunggal Identity di Talenta Pop-Up Gallery, Plaza Indonesia, mulai 31 Oktober 2025. Pameran ini menampilkan karya-karya yang memadukan seni tradisi Bali dengan ekspresi modern.

NARASINETWORK.COM - Talenta Pop-Up Gallery di Plaza Indonesia yang berlokasi pada Lev.4, Jl. M.H. Tamrin, Jakarta bersiap menyambut pameran tunggal bertajuk "Identity" karya Dewa Made Mustika, seorang seniman kelahiran Bali yang dikenal dengan eksplorasinya terhadap seni tradisi Bali dan ekspresi modern. Pameran ini akan dibuka pada tanggal 31 Oktober 2025, pukul 16.00 WIB, dan diharapkan menjadi ajang perayaan identitas budaya serta keberagaman Indonesia.

Pembukaan pameran akan diresmikan oleh Dr. H.C. Drs. Handaka Vijjananda, Apt., dan dihadiri oleh penulis Drs. Alexandri Luthfi R, M.S., serta dimeriahkan dengan penampilan Dewa Galah.

Dewa Made Mustika, lahir di Ubud, Bali, pada 25 Agustus 1974, merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 2000. Kiprahnya di dunia seni dimulai sejak 1994 dengan pameran di Art Center Denpasar, Bali. Sejak saat itu, ia aktif menggelar pameran tunggal dan bersama di berbagai kota, termasuk Yogyakarta, Surakarta, Bali, Magelang, dan Jakarta. Bahkan, pada tahun 1997, karya-karyanya pernah dipamerkan di Shangri-La Hotel, Singapura.

Pameran "Identity" ini akan menampilkan karya-karya Dewa Made Mustika yang memadukan seni tradisi Bali dengan sentuhan modern, khususnya aliran ekspresionisme. Idealisasi seninya tercermin dalam pemilihan tema dan simbol budaya yang kaya akan makna.

Seperti yang diungkapkan oleh Drs. Alexandri Luthfi R, M.S., Dewa Made Mustika memiliki sikap terbuka terhadap keberagaman perspektif, yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dan menjaga konsistensi dalam berekspresi untuk identitas dirinya.

Karya-karya Dewa Made Mustika dalam pameran "Identity" ini merujuk pada filosofi kebhinekaan yang menjadi perekat sosial bagi keberagaman etnis di Nusantara. Kuasa goresan kuasnya menciptakan dimensi rasa dan raga, meningkatkan kesadaran bahwa jiwa dan raga manusia membutuhkan ruang untuk mengelola rasa agar kualitas penciptaan karya seni selalu terjaga.

Penerapan warna merah, kuning keemasan, serta hitam putih dalam lukisan-lukisannya memberikan kesan masif dan impresif, sarat dengan simbol dan perlambang. Dewa Made Mustika juga dikenal dengan metode teknis yang cermat dan detail, susunan sapuan kuas serta cipratan cat yang tumpang tindih, meninggalkan jejak motif dan tekstur yang padat.

Dewa Made Mustika, lahir di Br. Pejengaji, desa Tegallalang, Gianyar, Bali, pada 25 Agustus 1974. Kecintaannya pada seni telah tumbuh sejak masa kecil, di mana ia dibesarkan dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dan berkesenian. Lingkungan tempat tinggalnya pun turut membentuk karakternya, mengajarkan cara hidup berbagi, menghormati keberagaman, dan hidup berdampingan selaras dengan tradisi yang dilandasi oleh keyakinan agama Hindu Bali.

Setelah menamatkan pendidikan di SMSR Bali (1990-1994), Dewa Made Mustika melanjutkan studinya di Jurusan Seni Lukis ISI Yogyakarta (1994-1999). Pada masa inilah, ia mulai menemukan jati dirinya sebagai seorang pelukis. Bakat melukis yang diturunkan dari pamannya berhasil mengantarkannya menjadi seorang seniman dengan kemampuan luar biasa. Anugerah ini semakin membulatkan tekadnya untuk menjalani "laku" perjalanan batin yang menyempurnakan jiwa dan raganya.

Keputusannya untuk menetap di Yogyakarta, "tanah baru" (tanah Jawa), didasari harapan untuk meraih berkah dan hidup mandiri sebagai seniman lukis yang profesional dan berwawasan luas. Hingga kini, Dewa Made Mustika terus berkarya dan mengembangkan corak seni tradisional Bali menjadi karya seni lukis modern yang memukau.

 



Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Talenta Pop-Up Gallery Gelar Pameran Tunggal "Identity" Dewa Made Mustika
Program MBG Menyapa Warga Bogor, Dorong Percepatan Dapur Bergizi di Desa Lewisadeng
Kekerasan di Pendidikan Tinggi : Antara Regulasi dan Realita, Menuju Sistem yang Humanis
David Van Reybrouck "A Polymath's Journey Through History and Ideas"
Peluncuran Buku "Revolusi": Jembatan Sejarah dan Diplomasi antara Belgia dan Indonesia
Sukarno dan Pembentukan Dunia Baru: Refleksi dari Kuliah Umum Historia.ID Bersama David Van Reybrouck   
Ini kata warga Desa Citereup dan Lamajang Usai di Bronjong
Program MBG Akan Mendorong Kesadaran Gizi Masyarakat Menuju Generasi Emas 2045
Shirley Idris dan Sastri Bakry : Membangun Jembatan Sastra antara Malaysia dan Indonesia di SMK Padang Panjang
Setiap Reklame Liar Adalah PAD yang Hilang: Satgas Kabupaten Bandung Tak Lagi Toleransi
SOSIALISASI MBG di Bekasi Tegaskan Komitmen Pemerintah Jaga Kualitas dan Keamanan Pangan
Publik Dibohongi? Sidak Gubernur Jabar Bongkar Sumber Air Aqua dari Sumur Bor
Lembaga Riset dan Peneliti Soroti Satu Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran
Forum Wartawan Kebangsaan Usulkan Resuffle Kabinet Merah Putih
Hari Santri Nasional, Bupati Bandung Dorong Sertifikasi dan Revitalisasi Pesantren
SOSIALISASI Program Makan Bergizi Gratis Dorong Sinergi dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal di Sidoarjo
Kyeong Ham Mempesona Pretoria dalam Konser KCC Music on Stage
Kyeong Ham dan Gauteng Philharmonic Orchestra "Puncak Musikal di Johannesburg"
Peran Strategis Literasi dalam Pembangunan Kota Padang "Apresiasi Walikota terhadap Inisiatif SatuPena Sumbar"
"THAT'S KOREA in Brussels": Merayakan Warisan dan Inovasi Kerajinan Korea