Mengenang Ki Anom Suroto "Pelopor dan Pewaris Luhur Seni Pedalangan Indonesia"

Rabu, 29 Oct 2025 14:56
    Bagikan  
Mengenang Ki Anom Suroto "Pelopor dan Pewaris Luhur Seni Pedalangan Indonesia"
Istimewa

Ki Anom Suroto, maestro pedalangan wayang kulit purwa, wafat pada 23 Oktober 2025. Lahir dari keluarga dalang, beliau mendalami seni pedalangan sejak kecil dan tampil di berbagai negara. Ki Anom Suroto dikenal karena inovasinya dalam menciptakan gending,

NARASINETWORK.COM - Dunia seni dan budaya Indonesia berduka atas wafatnya Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro, atau yang lebih dikenal sebagai Ki Anom Suroto, pada tanggal 23 Oktober 2025. Kepergian beliau meninggalkan sebuah kekosongan besar dalam dunia pedalangan wayang kulit purwa, sebuah seni tradisi yang telah diabdikan sepanjang hidupnya untuk dilestarikan dan dikembangkan.

Ki Anom Suroto dilahirkan di Desa Bagor, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada tanggal 11 Agustus 1948. Beliau lahir dalam sebuah keluarga yang memiliki akar kuat dalam seni pedalangan. Ayahnya, Ki Hardjodarsono, adalah seorang dalang yang sangat dihormati di wilayah Surakarta. Warisan seni ini juga mengalir dari kakeknya, Ki Hardjomartoyo, yang juga dikenal sebagai seorang dalang terkemuka.

Sebagai putra pertama dari sebelas bersaudara, Ki Anom Suroto tumbuh dalam lingkungan yang sangat mendukung perkembangan bakat seninya. Dua saudaranya, Ki Warseno Slank dan Ki Bagong, juga mengikuti jejaknya sebagai dalang. Bahkan, putra-putra Ki Anom Suroto, seperti Ki Bayu Aji dan Ki Jatmiko Anom Suroto Putro, kini dikenal luas sebagai dalang-dalang muda berbakat yang terus melestarikan tradisi keluarga.

Ki Anom Suroto memulai pendidikan formalnya dalam seni pedalangan sejak usia dini. Beliau mengikuti kursus pedalangan di Solo, serta menimba ilmu di Himpunan Budaya Surakarta (HBS) pada era 1960-an, dan di Habiranda Jogja pada tahun 1976-1977. Selain itu, Ki Anom Suroto juga mendapatkan bimbingan langsung dari ayahnya dan secara tidak langsung dari Ki Nartosabdho, seorang tokoh senior dalam dunia pedalangan yang sangat disegani.

Kemampuan Ki Anom Suroto dalam membawakan lakon-lakon wayang telah diakui tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional. Beliau telah menggelar pertunjukan wayang di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, Australia, dan Jerman. Selain itu, beliau juga pernah diutus ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani untuk mendalami berbagai aspek tentang dewa-dewi, yang merupakan elemen penting dalam dunia pewayangan.

Selain aktif sebagai seorang dalang, Ki Anom Suroto juga dikenal sebagai seniman yang produktif dan inovatif. Beliau menciptakan sejumlah gending Jawa yang populer, seperti "Mas Sopir", "Berseri", "Satria Bhayangkara", "ABRI Rakyat Trus Manunggal", "Nandur Ngunduh", dan "Salisir". Beliau juga menulis sendiri sanggit lakon, atau cerita wayang, seperti "Semar mbangun Kahyangan", "Anoman Maneges", "Wahyu Tejamaya", dan "Wahyu Kembar".

Ki Anom Suroto juga memiliki jiwa kewirausahaan dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama seniman. Beliau memprakarsai pendirian koperasi dalang "Amarta", yang bergerak di bidang simpan pinjam dan penjualan alat-alat pergelaran wayang. Selain itu, beliau juga mendirikan Yayasan Sesaji Dalang sebagai wujud kepedulian terhadap kesejahteraan para seniman.

Salah satu warisan penting yang ditinggalkan oleh Ki Anom Suroto adalah komitmennya dalam membina generasi muda untuk terjun ke dunia pedalangan. Beliau secara rutin mengadakan 'sarasehan' (diskusi) mengenai kritik pedalangan dan menggelar pentas wayang di kediamannya di Surakarta, serta di sanggar Kebon Seni Timasan, Pajang, Sukoharjo. Forum ini diadakan setiap malam Rabu Legi, yang bertepatan dengan hari kelahirannya, dan dikenal dengan sebutan "Rebo Legen".

Ki Anom Suroto menghembuskan nafas terakhir pada Kamis pagi, 23 Oktober 2025, di RS dr. Oen Kandangsapi, Solo, setelah menjalani perawatan akibat serangan jantung. Menurut penuturan putranya, Jatmiko, Ki Anom Suroto juga memiliki riwayat penyakit diabetes dan sempat dirawat di ruang ICU sebelum wafat. Jenazah beliau disemayamkan di kediamannya, Ndalem Timasan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

Keberadaan Ki Anom Suroto dalam dunia pedalangan tidak hanya terbatas sebagai seorang pembawa cerita dan pengisi panggung pertunjukan, melainkan juga sebagai tokoh yang berhasil memperluas jangkauan seni wayang kulit purwa hingga ke panggung internasional. Inovasi-inovasi yang beliau lakukan, seperti pendirian koperasi dalang dan yayasan, mencerminkan komitmennya terhadap keberlanjutan seni tradisi.

Kepergian Ki Anom Suroto merupakan kehilangan mendalam bagi dunia seni dan budaya Indonesia. Namun, warisan beliau akan terus hidup dan menginspirasi generasi-generasi mendatang untuk mencintai dan melestarikan seni tradisi yang adi luhung ini.

Sebagai penghormatan terakhir, berbagai pihak berencana untuk menggelar serangkaian acara mengenang jasa-jasa Ki Anom Suroto dalam melestarikan seni pedalangan wayang kulit purwa.

 


Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Tags
TokohRIP

Berita Terbaru

Tercatat Lulus! 14 Wartawan Kab. Bandung Ikuti UKW di Indramayu
Tempe Simbol Kearifan Lokal Penjelajah Dunia, Menuju Pengakuan UNESCO
Mengenang Ki Anom Suroto "Pelopor dan Pewaris Luhur Seni Pedalangan Indonesia"
Melampaui Panggung "Rudolf Puspa dalam Pemikiran dan Aksi"
Lautra Program KKP Jadikan Banda Neira Percontohan Konservasi Terpadu
Nuning Purnamaningsih : Dialektika Tradisi dan Modernitas dalam Praktik Komunikasi di Indonesia
Kang DS : Film "Bedas Manunggal Sajati" untuk Motivasi Pemuda Kabupaten Bandung Raih Mimpi
KPK Selidiki Dugaan Kasus di Proyek Kereta Cepat Whoosh
Reduksi Pengalaman Seni di Era Media Sosial : Antara Apresiasi Sejati dan Validasi Virtual
Dimsum Mengungkap Keajaiban di Balik Keranjang Bambu
Mie Ayam "Mengapa Semua Orang Menyukai Kelezatannya?"
Hari Sumpah Pemuda ke-97 : Erick Thohir Tekankan Pentingnya Pemuda Patriotik dan Berempati
Pengawasan Intensif OJK : Refleksi atas Pencabutan Izin Usaha BPR dan Tantangan Penyehatan Sektor Perbankan
Program Makan Bergizi Gratis Hadir Kembali di Kota Cirebon, Dorong Kemandirian Gizi Anak
Program Makan Bergizi Gratis Kembali Hadir di Blitar, Tekankan Kebermanfaatan bagi Masyarakat
Antara Tradisi dan Kontemporer : Relevansi Pranatamangsa di Era Perubahan Iklim
Ekologi Batin "Memaknai Alam sebagai Ruang Refleksi Eksistensial"
Dr. Ruth Indiah Rahayu Ungkap Ketidakadilan Sosial Melalui Lensa Ekofeminisme dalam Kuliah Terbuka di Jakarta
Nominasi Penghargaan Sastra BRICS 2025 Diumumkan, Soroti Kerja Sama Lintas Negara
Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Karawang, Wujud Sinergi Menuju Generasi Emas Indonesia