NARASINETWORK.COM - KAB. BANDUNG
-Kasus kekerasan terhadap siswa di lingkungan pendidikan kembali mencuat. Seorang ibu bernama Ida Yanti, orang tua dari murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ghozali Kecamatan Ciparay, mengungkapkan kekecewaan dan kesedihannya atas perlakuan yang dialami anaknya dari oknum kepala sekolah tersebut.
Ida Yanti menyatakan bahwa anaknya menjadi korban kekerasan fisik dan verbal di lingkungan sekolah. Peristiwa ini menimbulkan trauma mendalam bagi sang anak dan memicu reaksi emosional dari keluarga korban yang menuntut keadilan.
“Saya tidak berniat mengkriminalisasi Bapak Muhammad Saduddin, Kepala MI Al-Ghozali. Saya hanya ingin menyampaikan kebenaran. Video yang beredar itu tidak sesuai dengan fakta,” ujar Ida Kamis (6/11/2025).
Ia mengaku bahwa apa yang disampaikan MS melalui unggahan video yang tersebar di berbagai platform media sosial merupakan bentuk pengalihan isu dan menutupi kasus yang sebenarnya terjadi.
"Pintar playing victim itu. Saya jelas menuntut apa yang benar dialami, tidak ada untuk melebih-lebihkan," tegas Ida.
Ia menegaskan, tujuan dirinya berbicara ke publik semata-mata untuk memperjuangkan hak anaknya agar mendapat keadilan dan perlindungan. Menurut Ida, tindak kekerasan terhadap anak di sekolah tidak seharusnya terjadi, terlebih dilakukan oleh tenaga pendidik.
Kecewa dengan Sikap Sekolah
Ida mengaku kecewa karena pihak sekolah belum menunjukkan itikad baik untuk meminta maaf, bahkan setelah kejadian tersebut viral di media sosial.
“Saya seorang ibu yang tidak terima anaknya dibuli dan ditampar tanpa kesalahan. Tidak ada niat baik dari pihak sekolah untuk meminta maaf, justru saya mengalami intimidasi,” ungkapnya dengan nada emosional.
"Saya disuruh untuk mencabut laporan, agar tidak ada hukuman baginya, dan nanti katanya akan dipermudah urusan pindah sekolah nya, karena anak saya mau pindah sekolah di tahan surat-surat nya. Coba maksudnya apa ini," tanya Ida.
Dampak Psikologis dan Keluarga
Akibat kejadian ini, sang anak disebut mengalami trauma berat. Kondisi keluarga pun semakin sulit karena di saat bersamaan, Ida tengah merawat suaminya yang menderita stroke. Ia mengaku harus menghadapi tekanan dan fitnah dari berbagai pihak.
“Saya hanya ingin anak saya mendapatkan perlindungan dan keadilan. Tidak ada orang tua yang rela melihat anaknya disakiti, apalagi di lingkungan sekolah, dia sudah jadi anak yatim bapaknya kini sudah tiada," tambahnya.
Tuntutan Keadilan
Kasus ini memicu perhatian masyarakat, terutama para orang tua yang berharap dunia pendidikan menjadi tempat yang aman bagi anak-anak.
“Saya percaya masih banyak guru yang baik dan punya hati nurani. Tapi kasus seperti ini jangan dibiarkan, karena bisa menghancurkan masa depan anak-anak,” ujarnya.
**
