Dari Solo ke Roma Kembali ke Hati Rakyat "Meneladani Hidup Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ"

Selasa, 30 Dec 2025 17:05
    Bagikan  
Dari Solo ke Roma Kembali ke Hati Rakyat "Meneladani Hidup Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ"
Istimewa

Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ wafat 28 Desember 2025 di Jakarta. Lahir di Solo, ia adalah imam setia, filsuf brilian, dan budayawan terkemuka yang mengajar di berbagai kampus besar.

NARASINETWORK.COM - Pada Minggu (28/12/2025) Gereja Katolik Indonesia dan seluruh komunitas akademik serta budaya di negeri ini kembali berduka. Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ yang akrab disapa Romo Mudji dipanggil ke pangkuan Bapa di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat.

Kepergiannya bukan hanya kehilangan seorang imam yang setia, melainkan juga sosok yang telah menanam benih pemikiran kritis, kasih, dan kemanusiaan di hati generasi muda Indonesia selama lebih dari empat dekade.

“Dimensi empat disebut dimensi astral penjembatan dimensi lima, yaitu kesadaran akan roh dalam diri manusia, pengalaman mencintai dan dicintai, yang memuat pengalaman cahaya batin atau nurani. Bagai cahaya sorot matahari yang menyinari semua yang ada.

Mencintai dan dicintai merupakan pengalaman gelombang cahaya yang tidak tampak, tetapi batin yang terkenai cahaya pencerahan pembaruan hidup.”

Meneladani jejak hidup Romo Mudji berarti mempelajari bagaimana iman, ilmu, dan pengabdian dapat menyatu menjadi satu kesatuan yang hidup, memberi cahaya di tengah kegelapan dan arah di tengah keraguan.

I. Awal Perjalanan

Dari Solo ke Dunia Pemikiran

Romo Mudji lahir di Surakarta, 12 Agustus 1954, dalam lingkungan yang kental dengan nilai nasionalisme dan budaya Jawa. Ayahnya, seorang guru, menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini melalui diskusi-diskusi kebangsaan dan pengenalan terhadap seni wayang di Sriwedadi.

Lingkungan ini menjadi pondasi bagi kepekaan estetik dan spiritualnya yang kemudian berkembang menjadi ciri khas pemikirannya. Pendidikan formalnya dimulai di SD Pangudi Luhur Solo, berlanjut ke Seminari Menengah Mertoyudan, hingga mendalami filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta.

Dahaganya akan ilmu tidak berhenti di tanah air. Romo Mudji melanjutkan studi ke Italia, di mana ia meraih gelar Doktor bidang Filsafat dari Universitas Gregoriana, Roma, pada tahun 1986. Ia juga sempat mendalami studi agama dan seni di Sophia University, Tokyo.

Pengalaman belajar di luar negeri tidak membuatnya lupa akar budaya sendiri; sebaliknya, ia memanfaatkannya untuk membandingkan dan mengintegrasikan pemikiran Barat dan Timur, menciptakan corak pemikiran yang unik dan relevan dengan konteks Indonesia.

II. Gembala yang Setia: Di Altar Gereja dan Altar Kehidupan

Sebagai seorang imam dalam Serikat Yesus, Romo Mudji menjalani tugasnya sebagai gembala dengan kasih dan kebijaksanaan. Beliau tidak hanya berdiri di altar gereja untuk memimpin ibadah, tetapi juga menghadapi umat di tengah kesulitan dan kegembiraan mereka. Bagi beliau, pelayanan rohani bukanlah tugas yang terpisah dari kehidupan sehari-hari, melainkan bagian dari kesatuan yang menyeluruh.

Namun, altar bagi Romo Mudji tidak hanya berada di dalam gereja. Beliau melihat dunia pendidikan sebagai “altar kehidupan” tempat ia mengabdikan diri untuk mencerdaskan bangsa. Sebagai Guru Besar di STF Driyarkara, ia aktif mengajar di Program Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Di ruang kelas, beliau tidak hanya mengajarkan teori filsafat, tetapi juga mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis dan mendalam tentang makna hidup dan eksistensi manusia. Beliau mampu menjadikan konsep-konsep kompleks filsafat menjadi mudah dipahami dengan analogi yang sederhana, sehingga banyak mahasiswa terinspirasi untuk mengeksplorasi dunia pemikiran dengan lebih giat.

III. Filsuf yang Brilian

Membuka Cakrawala Pemahaman

Sebagai seorang filsuf, Romo Mudji adalah pemikir yang brilian dan produktif. Sejak tahun 1983, menulis telah menjadi ritual harian yang melahirkan puluhan buku mengenai filsafat, budaya, dan kritik sosial. Karya-karyany seperti Estetika: Filsafat Keindahan, Getar-getar Peradaban, dan refleksinya tentang tokoh filsafat Indonesia seperti Driyarkara menempatkannya sebagai salah satu suara penting dalam humanisme Indonesia.

Beberapa tulisan akademiknya juga tercatat dalam Google Scholar, menandai kontribusinya dalam dunia ilmiah internasional.

Pemikiran Romo Mudji selalu terhubung dengan realitas sosial Indonesia. Ia banyak menegaskan pentingnya dimensi kemanusiaan, keadilan sosial, dan integritas dalam kehidupan berbangsa. Beliau tidak ragu untuk bersuara tentang demokrasi, pluralisme, dan toleransi, tetapi selalu dengan nada reflektif dan tidak menggurui.

Di tengah zaman yang gaduh dan penuh konflik, ia memilih berbicara pelan, namun kata-katanya mampu mengendap lama di benak pendengarnya. Pendekatan ini menjadikan beliau sebagai mediator pemikiran di tengah perdebatan sosial yang seringkali tajam.

IV. Budayawan yang Terlibat

Dialog Lintas Iman dan Kreativitas

Romo Mudji juga dikenal sebagai budayawan terkemuka yang aktif dalam berbagai kegiatan kebudayaan. Keterlibatannya dalam Borobudur Writers & Cultural Festival memperlihatkan wajah beliau sebagai seseorang yang percaya pada dialog lintas iman dan budaya.

Beliau menafsirkan Borobudur bukan hanya sebagai monumen sejarah, tetapi sebagai teks hidup tentang pencarian makna dan kebijaksanaan. Melalui festival ini, ia berusaha menjembatani perbedaan dan menumbuhkan rasa persahabatan antar masyarakat yang berbeda keyakinan dan latar belakang.

Selain menulis, Romo Mudji juga mengekspresikan perenungan spiritualnya melalui garis-garis sketsa. Ia adalah pelukis yang rutin menggelar pameran untuk membagikan kisah perjalanan ritual dan intelektualnya.

Bagi beliau, seni adalah cara lain untuk berfilsafat—bahasa sunyi ketika konsep tak lagi cukup. Seperti yang ditulisnya dalam salah satu esainya:

“Untuk benar-benar menikmati sebuah sketsa, dibutuhkan kesabaran. Dalam bingkai, sering kali kita temukan ruang kosong yang luas di antara garis-garis kecil. Ruang ini adalah milik imajinasi kita. Sketsa adalah ekspresi hati yang tertuang dalam garis. Setelah keheningan, barulah muncul gambar yang mewakili perasaan dan jiwa sang pelukis.”

V. Pengabdian Masyarakat: Antara Akademik dan Kesejahteraan Bangsa

Kepedulian Romo Mudji pada persoalan bangsa tidak hanya terwujud dalam tulisan dan pengajaran, tetapi juga dalam keterlibatan praktis. Pada periode 2001-2003, beliau menjabat sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), berkontribusi dalam memajukan demokrasi di Indonesia pasca Reformasi. Namun, kecintaannya pada dunia literasi dan pendidikan membuatnya memilih mengundurkan diri demi fokus kembali ke pengajaran.

Selain itu, Romo Mudji juga pernah terlibat dalam Komisi Kebenaran dan Persahabatan (2005-2006) serta menjadi tim penilai Penghargaan Kebudayaan Presiden RI. Melalui peran-peran ini, beliau berusaha mempromosikan keadilan, kebenaran, dan perkembangan kebudayaan di negeri ini. Beliau adalah sosok yang rendah hati, terbuka terhadap ide-ide baru, dan bersedia berdialog dengan siapa pun, tanpa memandang latar belakang atau keyakinan.

VI. Warisan yang Abadi

Meneladani Jejak Romo Mudji

Kepergian Romo Mudji meninggalkan jejak yang tidak dapat dilupakan di dunia akademik, budaya, dan spiritual Indonesia. Warisannya bukan hanya buku dan karya seni, tetapi juga cara berpikir dan cara memandang manusia sebuah undangan untuk tetap waras dan manusiawi di tengah zaman yang sering kehilangan arah.

- Menjunjung tinggi iman dan ilmu secara seimbang

Beliau menunjukkan bahwa iman tidak menghalangi pencarian ilmu, dan ilmu dapat memperkuat iman.

- Berpengabdian tanpa pamrih

Baik di altar gereja maupun di ruang kelas selalu mengutamakan kepentingan orang lain.

- Berpikir kritis dan reflektif

Beliau mengajarkan kita untuk tidak menerima apa-apa secara buta, melainkan untuk mempertanyakan dan mencari makna yang lebih dalam.

- Menghargai perbedaan dan mempromosikan dialog

Di tengah keragaman Indonesia perbedaan dapat menjadi kekuatan jika kita mau berkomunikasi dan saling memahami.

- Mengekspresikan diri melalui kreativitas

Baik melalui tulisan maupun sketsa kreativitas adalah cara untuk menyampaikan pesan spiritual dan kemanusiaan.

Misa Requiem Romo Mudji diadakan pada tanggal 29 dan 30 Desember 2025 pukul 19.00 di Kapel Kolese Kanisius, Jakarta, di mana jenazahnya disemayamkan selama dua hari. Pada tanggal 30 Desember 2025 pukul 21.00, jenazahnya diberangkatkan ke Girisonta, dan pemakaman diadakan pada tanggal 31 Desember 2025, didahului dengan Ekaristi pukul 10.00 di Gereja Paroki sebelum dilanjutkan ke Taman Maria Ratu Damai, Girisonta.

 

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Pengalaman Belajar ke Luar Negeri Mengintegrasikan Pemikiran Barat dan Timur dalam Konteks Budaya Indonesia
Kesehatan Visual Saat Belajar Cara Memilih dan Menggunakan Lampu dengan Benar
Indonesia Represented by BRICS Literature Prize Winner at Cairo Book Fair 2026
Dari Solo ke Roma Kembali ke Hati Rakyat "Meneladani Hidup Romo Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ"
Kadinsos Hadir Dalam Program Acara Hari Disabilitas Internasional di Ciparay
Hari Disabilitas Internasional Diperingati di Ciparay, Pertama Kali Digelar di Tingkat Kecamatan
Forkopimcam Ciparay Ajak Warga Isi Malam Tahun Baru 2026 dengan Mengaji dan Kegiatan Sosial
"Bogor untuk Dunia" Live Painting Charity Galeri Bumi Parawira Bantu Korban Bencana
Rumah Baca Teras Talenta 7 Tahun Menggerakkan Literasi di Kota Padang
Romo Mudji Sutrisno Kepergian Seorang Gembala Umat dan Cendekiawan
Panen dilakukan Secara Mandiri: Bentuk Keseriusan Masyarakat dalam Menjaga Keberlanjutan Sektora Pertanian
Refleksi Akhir tahun 2025, KNPI Kabupaten Bandung Siap Memberikan Manfaat Lewat Gebrakan 2026
Indosat Tingkatkan Jaringan AIvolusi5G di Jakarta Raya untuk Dukung Konektivitas Nataru
Indosat Perkuat UMKM melalui Workshop Literasi Digital Program GenSi
Hadapi Nataru 2025/2026, Indosat Tingkatkan Kapasitas Jaringan di Ratusan BTS Jakarta Raya
Ngaji Hikam Bersama KH Ma’ruf Amin di Kediaman Walikota Depok
Forkopimda Depok Pantau Ibadah Natal di Gereja Tugu Cimanggis
3 Generasi Menjaga Warisan Kopi Bis Kota di Toko Jaya Saksi Sejarah Jakarta
Natal di Jakarta Pusat Arifin Sampaikan Pesan Toleransi dan Syukur Terhadap Karunia Kemajemukan
Pemkot Depok Dorong Dukungan Semua Elemen Masyarakat untuk Tingkatkan Literasi Qurani Anak-Anak