NARASINETWORK.COM - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa pelaksanaan Asesmen Baca Al-Qur’an merupakan langkah awal untuk memperbaiki literasi keagamaan umat Islam di tingkat nasional. Pernyataan tersebut disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada acara Ekspos Publik Hasil Asesmen Tuntas Baca Al-Qur’an (TBQ) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama di Ballroom Hotel Sahid Jaya Sudirman pada hari Rabu kemarin (17/12/2025).
Menag menyampaikan bahwa asesmen yang telah dilaksanakan saat ini masih memiliki cakupan terbatas, karena hanya mengambil sampel responden dari wilayah Pulau Jawa. Meski demikian, hasil yang diperoleh telah memberikan gambaran awal mengenai kondisi kemampuan baca Al-Qur’an di masyarakat, yang perlu segera ditindaklanjuti dengan sikap serius dari seluruh pihak.
“Kalau kita ingin mengukur kondisi Indonesia, tentu sampelnya tidak cukup hanya Pulau Jawa. Apalagi Jawa saja baru sekitar 41 persen yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Ini harus menjadi perhatian bersama,” ujar Menag dalam sambutannya.
Menurut Menag, hasil asesmen tersebut menunjukkan perlunya upaya penguatan kemampuan baca Al-Qur’an di masyarakat, mengingat Al-Qur’an memiliki posisi yang sentral dalam berbagai praktik ibadah umat Islam.
“Dalam Islam, Al-Qur’an itu bukan sekadar kitab, tetapi bacaan. Tidak ada salat tanpa membaca Surah Al-Fatihah. Karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar adalah fondasi dasar keberagamaan,” tegasnya.
Menag juga menekankan bahwa wahyu Al-Qur’an diturunkan dengan perintah iqra’ atau membaca, bukan menulis. Oleh karena itu, penekanan utama dalam pendidikan Al-Qur’an harus ditempatkan pada aspek tilawah yang tepat sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dalam kesempatan yang sama, Menag mengapresiasi peran Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta yang terlibat sebagai asesor dalam pelaksanaan asesmen. Menurutnya, PTIQ memiliki tradisi keilmuan yang ketat dalam menjaga kualitas bacaan Al-Qur’an, mencakup aspek makhraj, tajwid, hingga sanad keilmuan.
“Tradisi sanad dalam pengajaran Al-Qur’an sangat penting untuk menjaga kualitas dan keberkahan ilmu. Ini yang harus terus kita rawat,” ungkapnya.
Menag menegaskan bahwa hasil asesmen ini tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu, melainkan dijadikan sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan bersama. Upaya perbaikan mencakup peningkatan kompetensi guru agama serta penguatan peran seluruh lembaga pendidikan keagamaan di tanah air.
Setelah menyampaikan sambutan, dalam sesi doorstop bersama awak media, Menag menyampaikan bahwa Kementerian Agama akan melanjutkan pelaksanaan asesmen dengan cakupan yang lebih luas dan representatif secara nasional.
“Survei ke depan akan menggunakan sampel yang mencakup seluruh wilayah Indonesia, bukan hanya Pulau Jawa. Setelah itu, akan kita siapkan langkah-langkah solutif untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan,” jelasnya.
Menag juga menekankan bahwa upaya meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an merupakan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah di berbagai tingkatan. “Bagaimana agar seluruh warga Muslim Indonesia bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, itu tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Selain itu, Menag menyoroti pentingnya perhatian dan apresiasi yang diberikan kepada para guru ngaji, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan. Menurutnya, para guru ngaji tersebut selama ini telah mengajar dengan penuh keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan materi yang besar. “Guru ngaji di desa sering mengajar tanpa gaji dan hanya mengandalkan keikhlasan. Ke depan, mereka perlu mendapat apresiasi yang lebih layak sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka dalam pembinaan generasi muda,” pungkas Menag.
Acara ekspos hasil asesmen dihadiri oleh sejumlah pejabat dan pihak terkait, antara lain Staf Khusus Menag Gugun Gumilar, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Amien Suyitno, Kepala Badan Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Muhammad Ali Ramdhani, jajaran asesor dari PTIQ, serta akademisi dan perwakilan guru Pendidikan Agama Islam dari berbagai daerah.
