Muda, Global, dan Lokal: Pergulatan Identitas Budaya Hibrida Generasi Indonesia

Rabu, 4 Jun 2025 20:18
    Bagikan  
Muda, Global, dan Lokal: Pergulatan Identitas Budaya Hibrida Generasi Indonesia
Pinterest

Kebaya Modern

NARASINETWORK.COM - Di era digital yang serba cepat, generasi muda Indonesia berada dalam pusaran dua kutub budaya: warisan budaya lokal yang kaya dan gelombang budaya global yang deras. Perpaduan dua dunia ini memunculkan fenomena identitas budaya hibrida, yakni ketika individu mengadopsi dan menggabungkan unsur-unsur budaya yang berbeda dalam pembentukan jati dirinya. Fenomena ini bukan hanya mencerminkan dinamika zaman, tetapi juga menyimpan tantangan psikososial yang perlu dipahami lebih dalam, terutama dalam konteks konseling multibudaya.

Budaya lokal dan global di kepala yang sama. Remaja Indonesia kini dapat mengenakan batik sambil mendengarkan musik K-pop, atau mengunggah tarian tradisional dalam format TikTok dengan iringan lagu pop Korea atau Barat. Tidak jarang pula mereka menggunakan Bahasa Indonesia, Jawa, dan istilah slang Inggris dalam satu kalimat. Fenomena ini tampak jelas dalam tren seperti:

  • Konsumen budaya Korea yang mengadopsi gaya berpakaian, pola makan, hingga standar kecantikan ala K-Idol.
  • Fashion TikTok, di mana kebaya dikreasikan ulang dengan gaya streetwear modern.
  • Komunitas kreatif urban yang mencampur motif etnik dengan desain grafis digital dalam produk-produk lokal.

Namun, identitas budaya hibrida tidak selalu diterima dengan tangan terbuka. Sebagian masyarakat mempertanyakan keaslian nilai-nilai yang dibawa generasi muda. Muncul kritik seperti “anak zaman sekarang sudah lupa budaya”, atau “lebih suka budaya luar daripada budaya sendiri”. Di sisi lain, generasi muda justru merasa tertekan oleh ekspektasi untuk mempertahankan budaya tanpa ruang untuk berinovasi.

Dalam teori akulturasi Berry (1997), proses pembentukan identitas budaya generasi muda dapat digolongkan ke dalam empat strategi: asimilasi, separasi, marginalisasi, dan integrasi. Strategi integrasi yakni kemampuan untuk mempertahankan budaya asal sambil beradaptasi dengan budaya baru dianggap sebagai bentuk akulturasi paling adaptif dan sehat secara psikologis.

Integration occurs when individuals maintain their original culture while also seeking to participate in the larger society” Berry, J.W. (1997). Immigration, Acculturation, and Adaptation.

Namun, tidak semua individu mampu menjalani integrasi secara seimbang. Banyak yang mengalami kebingungan identitas, tekanan dari keluarga, bahkan konflik batin akibat nilai-nilai yang bertentangan.

Teori kesadaran budaya dari Sue & Sue (2016) juga relevan di sini. Mereka menekankan pentingnya cultural self-awareness dan pemahaman terhadap dinamika kekuasaan budaya.

Culturally competent counselors must be aware of their own assumptions, values, and biases, and understand the worldview of the culturally different client.” Sue, D.W., & Sue, D. (2016). Counseling the Culturally Diverse: Theory and Practice.

Dalam konteks konseling, fenomena ini bisa menjadi ruang refleksi sekaligus pemberdayaan bagi klien. Pendekatan konseling berbasis keberagaman dan afirmatif sangat dianjurkan, yaitu pendekatan yang mengakui identitas hibrida sebagai kekuatan, bukan deviasi. Beberapa strategi aplikatif dalam praktik konseling antara lain:

  1. Dialog identitas budaya dalam sesi konseling individu.
  2. Pemetaan identitas kultural.
  3. Konseling kelompok di sekolah dan kampus.
  4. Kolaborasi dengan guru dan orang tua.

Identitas budaya hibrida generasi muda Indonesia adalah produk dari zaman yang dinamis. Alih-alih dilihat sebagai ancaman terhadap otentisitas budaya, ia seharusnya dibaca sebagai strategi adaptasi dan kreativitas. Tantangan bagi konselor masa kini adalah untuk tidak menjadi penilai budaya, tetapi menjadi fasilitator pemahaman lintas budaya yang sehat dan memberdayakan.

Dengan pendekatan konseling multibudaya yang sensitif dan inklusif, generasi muda dapat diberdayakan untuk menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan budaya bangsa.

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Anggi Wahyuda "Sebuah Keberanian dan Ketahanan Manusia"
DARI DESA LAHIR INSPIRASI : Wasnadi dan WAS GALLERY "Menjaga Warisan Seni Pahat Topeng dari Slangit, Cirebon"
Garuda Mengudara! Indonesia Taklukkan China, Lanjutkan Perjuangan ke Piala Dunia 2026
Transform Your Style : Kacamata Baru? Pilih Bingkai yang Tepat!
Sambut Idul Adha 2025 : Malam Takbiran Penuh Berkah
Wawancara Tokoh : Sukri Budi Dharma (Butong Idar) "Menyuarakan Disabilitas Lewat Kanvas dan Aksi"
Membedah Isu Rasisme Representatif pada Animasi Upin & Ipin dari Perspektif Seorang Konselor
Wota Wati: Kisah Adaptasi di Bawah Bayang Gunung Karst, Peran Konseling dalam Merajut Kembali Nilai Tradisi
Pernikahan Anak di Lombok: Antara Tradisi Merariq dan Perlindungan Hak Anak dalam Perspektif Konseling Multibu
Merajut Harmoni di Tengah Perbedaan: Modal Sosial sebagai Pilar Kehidupan Multikultural di Jayapura
Muda, Global, dan Lokal: Pergulatan Identitas Budaya Hibrida Generasi Indonesia
Antara Dua Dunia: Dilema Mahasiswa Rantau Menjaga Jati Diri di Kota Besar
Kali Kuto : Antara Mitos dan Kenyataan
Puasa Tarwiyah dan Arafah : Amalan Sunnah Menuju Idul Adha
Calon Jurnalis Masa Depan Berkembang di SMAN 1 Gringsing
Pesona Fotuno Rete "Permandian Mata Air Alami di Pulau Muna"
Hari Jadi Bogor ke-543 : Merayakan Sejarah, Membangun Masa Depan
Global Poetry Action for Palestine : A Chorus of Voices from Around the World   
DARI DESA LAHIR INSPIRASI : Hartdisk Membangun Desa Huntu yang Berkelanjutan
Desa Wisata Kubu Gadang "Meramu Tradisi Menjadi Pariwisata Modern"