Merajut Harmoni di Tengah Perbedaan: Modal Sosial sebagai Pilar Kehidupan Multikultural di Jayapura

Rabu, 4 Jun 2025 20:33
    Bagikan  
Merajut Harmoni di Tengah Perbedaan: Modal Sosial sebagai Pilar Kehidupan Multikultural di Jayapura
Zonautara.com/Ronny A. Buol

Anak-anak Papua sewaktu mengikuti Parade Budaya di Wamena, Jayawijaya.

NARASINETWORK.COM - Di negeri dengan ribuan pulau dan ratusan kelompok etnis seperti Indonesia, hidup dalam keberagaman adalah keniscayaan. Namun, harmoni bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Di Kota Jayapura, khususnya Kelurahan Waena, masyarakat membuktikan bahwa perbedaan bukan hambatan, tetapi kekuatan, asalkan diikat oleh nilai kepercayaan, solidaritas, dan partisipasi sosial.

Jayapura sering menjadi sorotan nasional dalam wacana konflik sosial dan politik. Wilayah Waena bahkan dijuluki “zona merah” karena sejarah bentrokan antarsuku dan tingginya kriminalitas. Meski begitu, penelitian terbaru oleh Aknes P. Sahetapy (2025) justru menemukan kisah harapan dari wilayah ini: masyarakat multikultural di Waena berhasil membangun modal sosial sebagai perekat yang mencegah konflik dan menumbuhkan solidaritas.

Isu Budaya yang Terjadi: Ketegangan yang Diatasi dengan Kearifan

Perbedaan latar belakang seperti suku Biak, Tabi, Sentani, Ambon, Manado, hingga pendatang dari Jawa dan Sulawesi, menjadikan Waena sebagai potret kecil Indonesia. Namun, ketika tidak dikelola dengan bijak, perbedaan ini rawan memicu kecemburuan sosial, diskriminasi, dan bahkan kekerasan. Konflik rasial di Papua tahun 2019 menjadi bukti nyata bahwa ketidakadilan sosial dan politik bisa menyulut api konflik horizontal.

Namun berbeda dari narasi umum yang hanya menyoroti konflik, masyarakat Waena justru memperlihatkan cara bagaimana kepercayaan, norma adat, gotong royong, dan kepemimpinan inklusif mampu mencegah pecahnya konflik lebih luas. Mereka membangun jembatan bukan tembok antara budaya.

Analisis dengan Teori Konseling Multibudaya

Dari perspektif konseling multibudaya, ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis dinamika masyarakat Waena:

  1. Teori Integrasi Budaya

Teori ini memandang keberagaman sebagai sesuatu yang perlu dirangkul, bukan dihapus. Masyarakat tidak harus menanggalkan identitas etniknya untuk bisa bersatu. Yang penting adalah penciptaan ruang yang memungkinkan perjumpaan budaya terjadi secara sehat.

Contohnya, Waena memiliki berbagai komunitas adat dan paguyuban seperti Ikatan Kerukunan Keluarga Maluku (IKKM), Forum Kerukunan Sulawesi Selatan, hingga forum pemuda lintas suku. Forum-forum ini menjadi sarana asimilasi nilai dan komunikasi antarbudaya.

  1. Teori Kesadaran Budaya

Teori ini mengajarkan konselor untuk mengenali posisi dan identitas budayanya sendiri sebelum memahami orang lain. Di Waena, pendekatan konseling berbasis kesadaran budaya bisa dilakukan dengan menggandeng tokoh agama dan adat sebagai mitra. Peran pemuka agama yang aktif mendorong ibadah kontekstual dan kegiatan budaya lintas suku adalah bentuk praktik dari teori ini.

  1. Konseling Berbasis Keberagaman

Model ini mendorong konselor agar peka terhadap pengalaman marginalisasi yang dialami oleh kelompok minoritas. Di Waena, penting bagi konselor untuk mengakui trauma sosial yang dialami kelompok Papua akibat ketidaksetaraan sosial dan historis.

Solusi Realistis dari Perspektif Konseling Multikultural

Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diterapkan oleh konselor, guru BK, dan tokoh masyarakat:

  1. Dialog Antarbudaya Melalui Konseling Komunitas

Membangun pusat layanan konseling yang bersifat komunitas, terbuka untuk semua golongan. Sesi konseling kelompok dapat difokuskan pada pelatihan empati, pengelolaan konflik, dan narasi perdamaian.

  1. Revitalisasi Kegiatan Kolektif

Kegiatan seperti kerja bakti, festival budaya, lomba seni dan olahraga bisa menjadi momen konseling informal. Konselor bisa hadir untuk mengobservasi, memberi edukasi, bahkan mendampingi mediasi jika konflik terjadi.

  1. Pelatihan Konselor Berbasis Lokal

Lembaga pendidikan atau Dinas Sosial dapat bekerja sama dengan universitas untuk melatih konselor-konselor yang memahami budaya lokal dan bahasa daerah, sehingga pendekatannya tidak seragam dan kaku.

  1. Mengintegrasikan Nilai Budaya ke dalam Modul Konseling

Norma adat, kepercayaan lokal, dan kisah tradisional bisa digunakan dalam teknik konseling seperti biblioterapi atau story telling. Ini akan membuat konseling terasa lebih akrab dan relevan.

  1. Penguatan Kepemimpinan Inklusif

Konselor dapat mendampingi para pemimpin komunitas untuk menumbuhkan gaya kepemimpinan yang adil, transparan, dan terbuka. Kepemimpinan seperti ini terbukti mampu menciptakan suasana yang lebih stabil dan toleran.

Konseling yang Membumikan Nilai

Dalam masyarakat yang kompleks dan majemuk, pendekatan konseling tidak bisa satu arah. Dibutuhkan konselor yang rendah hati, sadar konteks, dan siap menjadi mediator lintas budaya. Kota Jayapura terutama Waena bisa menjadi contoh bahwa ketika modal sosial dipelihara dan konseling multikultural diterapkan secara kontekstual, maka keberagaman bukan sumber konflik, tapi pondasi persatuan.

Indonesia membutuhkan lebih banyak Waena. Bukan karena bebas dari perbedaan, tapi karena mampu menjadikannya jembatan menuju harmoni.

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Anggi Wahyuda "Sebuah Keberanian dan Ketahanan Manusia"
DARI DESA LAHIR INSPIRASI : Wasnadi dan WAS GALLERY "Menjaga Warisan Seni Pahat Topeng dari Slangit, Cirebon"
Garuda Mengudara! Indonesia Taklukkan China, Lanjutkan Perjuangan ke Piala Dunia 2026
Transform Your Style : Kacamata Baru? Pilih Bingkai yang Tepat!
Sambut Idul Adha 2025 : Malam Takbiran Penuh Berkah
Wawancara Tokoh : Sukri Budi Dharma (Butong Idar) "Menyuarakan Disabilitas Lewat Kanvas dan Aksi"
Membedah Isu Rasisme Representatif pada Animasi Upin & Ipin dari Perspektif Seorang Konselor
Wota Wati: Kisah Adaptasi di Bawah Bayang Gunung Karst, Peran Konseling dalam Merajut Kembali Nilai Tradisi
Pernikahan Anak di Lombok: Antara Tradisi Merariq dan Perlindungan Hak Anak dalam Perspektif Konseling Multibu
Merajut Harmoni di Tengah Perbedaan: Modal Sosial sebagai Pilar Kehidupan Multikultural di Jayapura
Muda, Global, dan Lokal: Pergulatan Identitas Budaya Hibrida Generasi Indonesia
Antara Dua Dunia: Dilema Mahasiswa Rantau Menjaga Jati Diri di Kota Besar
Kali Kuto : Antara Mitos dan Kenyataan
Puasa Tarwiyah dan Arafah : Amalan Sunnah Menuju Idul Adha
Calon Jurnalis Masa Depan Berkembang di SMAN 1 Gringsing
Pesona Fotuno Rete "Permandian Mata Air Alami di Pulau Muna"
Hari Jadi Bogor ke-543 : Merayakan Sejarah, Membangun Masa Depan
Global Poetry Action for Palestine : A Chorus of Voices from Around the World   
DARI DESA LAHIR INSPIRASI : Hartdisk Membangun Desa Huntu yang Berkelanjutan
Desa Wisata Kubu Gadang "Meramu Tradisi Menjadi Pariwisata Modern"