Sastra Menjadi Jembatan Perdamaian di ASEAN

Minggu, 14 Sep 2025 21:12
    Bagikan  
Sastra Menjadi Jembatan Perdamaian di ASEAN
Nana Wiyono

Seminar sastra di PPN XIII Jakarta mengupas tuntas isu-isu penting dalam dunia kesusastraan ASEAN, mulai dari peran puisi hingga tantangan penerbitan.

NARASINETWORK.COM - Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII, yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 11 hingga 14 September 2025, berhasil menyelenggarakan serangkaian seminar sastra yang mendalam dan komprehensif.

Acara bergengsi ini tidak hanya berfungsi sebagai platform vital untuk mempererat tali silaturahmi antar penyair dari berbagai negara di Asia Tenggara, tetapi juga menjadi forum diskusi intensif yang mengupas berbagai isu krusial dalam lanskap kesusastraan kontemporer, mulai dari fungsi esensial puisi dalam konteks sosial, standar ideal penghargaan sastra, hingga dinamika penerjemahan dan kebijakan penerbitan buku sastra.

Sesi seminar pertama, yang bertajuk "Peran Puisi dalam Menyuarakan Perdamaian", menghadirkan panelis terkemuka seperti Dr. Hj. Jawawi Bin Hj. Ahmad dari Brunei Darussalam, Prof. Dr. Asmiaty Amat dari Malaysia, dan Nik Rakib Nik Hassan dari Thailand. Di bawah arahan moderator Mustafa Ismail dari Indonesia, para akademisi dan praktisi sastra ini secara tuntas mengelaborasi bagaimana puisi, dengan kekuatan ekspresif dan simbolisnya, dapat menjadi medium yang luar biasa efektif untuk menyebarkan pesan perdamaian, menumbuhkan toleransi, dan memperkuat persatuan di tengah keberagaman budaya dan pandangan. 

Melanjutkan agenda, sesi kedua mengusung tema "Mencari Model Penghargaan Sastra yang Ideal". Diskusi ini melibatkan Dr. Ganjar Harimansyah dari Indonesia, Dr. Norhayati Ab. Rahman dari Malaysia, dan Hameed Ismail dari Singapura. Para narasumber berbagi perspektif berharga mengenai kriteria evaluasi dan mekanisme penyelenggaraan penghargaan sastra yang tidak hanya kredibel dan inklusif, tetapi juga mampu secara substantif memacu pertumbuhan dan inovasi sastra berkualitas tinggi. Moderasi sesi ini dipercayakan kepada Hasan Aspahani dari Indonesia, yang berhasil memantik perdebatan konstruktif tentang bagaimana penghargaan dapat benar-benar merefleksikan nilai artistik dan kontribusi sastra.

Seminar dilanjutkan dengan sesi ketiga yang berfokus pada "Terjemahan dalam Kebijakan Penerbitan Buku Sastra". Sesi ini menampilkan Maman S. Mahayana dari Indonesia dan Zefri Ariff dari Brunei Darussalam. Keduanya menguraikan peran fundamental terjemahan dalam memperluas jangkauan dan aksesibilitas karya sastra lintas bahasa dan budaya, memungkinkan pembaca dari berbagai latar belakang untuk menikmati kekayaan literatur global. Selain itu, mereka juga menyoroti berbagai tantangan kompleks yang dihadapi dalam proses penerjemahan, seperti menjaga kesetiaan terhadap esensi dan keindahan gaya asli, serta strategi-strategi inovatif untuk mengatasi hambatan tersebut. Kebijakan penerbitan yang mendukung karya terjemahan juga menjadi poin penting yang dibahas. Sesi ini dipandu dengan apik oleh Eva Yenita Syam, S.S., M.Pd. dari Indonesia.

Rangkaian seminar sastra yang padat dan berisi ini secara tegas menegaskan komitmen PPN XIII dalam memajukan dan memperkaya khazanah dunia sastra di kawasan Asia Tenggara. Melalui pertukaran ide dan diskusi yang konstruktif serta mendalam, para peserta diharapkan tidak hanya memperoleh wawasan baru yang berharga, tetapi juga terinspirasi untuk terus berkarya, berinovasi, dan secara aktif mengembangkan kesusastraan di negara masing-masing, menciptakan ekosistem sastra yang lebih dinamis dan saling terhubung.

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Baru 42 Persen yang Sudah Mendapat UGR dari Tol Getaci
Warga KBB dibuat Ketakutan usai Melihat Ada Perkelahian, Polisi : Pelaku Masih diburu
PPPK 2025: Usia 20–56 Tahun Bisa Daftar, Ini Syarat dan Tahapannya
Imam Ma'arif : Sufisme dalam Seni Pertunjukan
Sastra Menjadi Jembatan Perdamaian di ASEAN
Tingkatkan Budidaya Ikan, Dispakan Kabupaten Bandung Tebar Ribuan Benih Ikan di 4 Lokasi
Jakarta Tuan Rumah Pertemuan Penyair Nusantara XIII : Momentum Transformasi Kota Global Berbudaya
Prihatin Kasus Banjaran, Cucun Minta Camat dan Kepala Desa Sering Turun ke Lapangan
Soal Uang Ganti Rugi Proyek Getaci, Baru Capai 43 persen
Bakti KAI untuk Negeri, Kereta Api PSO Jadi Akses Terjangkau bagi Masyarakat
Warga Keluhkan dan Pertanyakan Mengapa Banyak Penerangan Jalan Umum Mati, Apakah Tidak Ada Anggarannya?
Listrik Padam Total di Kertasari hingga Pacet, Warga Keluhkan PLN Tak Ada Informasi dan Himbauan
DPRD Kabupaten Bandung, Siap Ikuti Kebijakan Pemerintah Pusat Soal Tunjangan
KAI Daop 3 Cirebon Amankan Aset Negara Melalui Penertiban Lahan
Fantastis! Tunjangan Rumah Anggota DPRD Kota Bandung, Ini Rinciannya
Kang DS Dorong Partisipasi Masyarakat Melalui Koperasi Merah Putih dalam Kelola Sampah
Perumda Tirta Raharja Siap Penuhi Tiga Tuntutan Paguyuban Rahayu Soal SPAM Bandung Timur
Jembatan Sukabirus Dayeuhkolot yang Rusak, Konon Telah Beres?
Kepala Badan Gizi Nasional, Berkunjung dan Tinjau Langsung Program MBG
Dandim 0624 Berganti, Bupati Bandung : Semoga Terus Menjalin Sinergi dan Kolaborasi