Hangeul : Dari Aksara Kerajaan hingga Simbol Kebanggaan Nasional di Hari Hangeul

Kamis, 9 Oct 2025 11:43
    Bagikan  
Hangeul : Dari Aksara Kerajaan hingga Simbol Kebanggaan Nasional di Hari Hangeul
Istimewa

Raja Sejong dan para ilmuwan menciptakan Hangeul sebagai sistem yang ilmiah, logis, dan mudah dipelajari, yang kemudian menjadi identitas budaya dan alat utama literasi Korea.

NARASINETWORK.COM - Hari Hangeul Dirayakan Setiap 9 Oktober di Korea Selatan untuk Menghormati Pendirian Sistem Penulisan Korea, 한글 (Hangul), oleh Raja Sejong pada tahun 1446. Hari Hangeul merupakan perayaan tahunan yang dilakukan di Korea Selatan setiap tanggal 9 Oktober, sebagai penghormatan terhadap penciptaan sistem penulisan Korea yang dikenal sebagai 한글 (Hangul).

Perayaan ini tidak hanya menjadi momen untuk memperingati sejarah dan keunikan sistem penulisan ini, tetapi juga sebagai apresiasi terhadap kontribusi Raja Sejong dalam memajukan literasi dan budaya Korea.

Pada masa sebelum penemuan Hangeul, sekitar tahun 108 SM, Korea sangat dipengaruhi oleh budaya dan sistem penulisan Tiongkok. Pada zaman Dinasti Goryeo dan Joseon, masyarakat Korea menggunakan Hanzi (karakter Tionghoa) yang digunakan terutama oleh kalangan elit untuk keperluan resmi dan keagamaan. Sistem ini digunakan untuk menyampaikan makna, bukan bunyi, sehingga sulit dipahami oleh rakyat biasa yang tidak menguasai karakter tersebut.

Pada tahun 1443, Raja Sejong yang dikenal sebagai salah satu raja paling bijaksana dalam sejarah Korea, memutuskan untuk menciptakan sistem penulisan yang lebih sederhana dan dapat diakses oleh seluruh rakyat. Bersama para ilmuwan dan sarjana dari “Hall of Worthies” (Jiphyeonjeon), Raja Sejong mengembangkan Hangeul, yang dirancang agar mencerminkan bunyi yang dihasilkan oleh mulut manusia. Pada tahun 1446, Hangeul resmi diumumkan dan diadopsi sebagai sistem penulisan nasional Korea.

Hangeul dikenal sebagai sistem penulisan yang sangat ilmiah dan logis. Sistem ini terdiri dari konsonan dan vokal yang digabungkan menjadi blok suku kata. Vokal dalam Hangeul terdiri dari tiga simbol utama: garis vertikal ㅣ, garis horizontal ㅡ, dan garis pendek ㅏ, ㅓ, ㅗ, dan ㅜ yang terbentuk dari kombinasi simbol tersebut. Pada awalnya, garis pendek ini merupakan titik yang melambangkan langit, bumi, dan manusia, sebagai simbol filosofi kehidupan.

Hangeul tidak murni termasuk dalam kategori alfabet maupun silabaris. Sebaliknya, sistem ini dikenal sebagai “alfabetik silabaris,” yang memungkinkan kombinasi konsonan dan vokal membentuk suku kata lengkap. Penataan ini membuat Hangeul menjadi salah satu sistem penulisan paling efisien dan ilmiah di dunia, bahkan oleh beberapa linguistik disebut sebagai sistem penulisan paling ilmiah.

Perayaan Hari Hangeul dimulai pada tahun 1926, saat masyarakat Korea dan organisasi seperti “Hunminjeongeum Society” mengadakan berbagai kegiatan untuk menghormati penciptaan sistem ini. Sayangnya, perayaan ini sempat dihentikan selama masa penjajahan Jepang, ketika penggunaan Hangeul dan bahasa Korea dilarang secara resmi. Meski demikian, semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap budaya Korea justru semakin menguat, sehingga setelah kemerdekaan Korea pada tahun 1945, perayaan ini kembali dihidupkan dan diakui secara resmi sebagai hari nasional.

Pada tahun 1945, pemerintah Korea secara resmi menetapkan 9 Oktober sebagai Hari Hangeul. Meskipun sempat kehilangan status sebagai hari libur nasional pada tahun 1990-an, perayaan ini kembali diakui sejak tahun 2012 dan kini menjadi momen penting untuk mengenang perjuangan dan keberhasilan dalam melestarikan bahasa dan budaya Korea.

Selain mendapatkan hari libur, salah satu cara terbaik untuk merayakan Hari Hangeul adalah dengan mengunjungi Museum Sejong di Seoul. Museum ini terletak di bawah patung Raja Sejong di Gwanghwamun Square dan menampilkan berbagai koleksi terkait sejarah dan perkembangan sistem penulisan ini. Di luar Korea, banyak penggemar budaya Korea yang merayakan hari ini dengan belajar bahasa Korea dan mempraktikkan penggunaan Hangeul, serta mengikuti berbagai kegiatan budaya yang berkaitan.

Awalnya, pengenalan Hangeul memerlukan waktu untuk diterima secara luas. Pada awalnya, hanya kalangan tertentu yang mampu menguasai sistem ini, karena tingkat kesulitannya yang relatif rendah. Namun, berkat usaha Raja Sejong dan para sarjana, serta dukungan dari masyarakat, Hangeul perlahan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Korea. Pada masa modern, penggunaan Hanzi (karakter Tionghoa) semakin berkurang, dan Hangeul menjadi sistem penulisan utama di seluruh negeri.

Hangeul tidak hanya mempermudah komunikasi, tetapi juga memperkuat identitas nasional dan kebanggaan budaya Korea. Saat ini, bahasa Korea dan sistem penulisannya semakin dikenal di seluruh dunia, terutama melalui media dan pendidikan. Dengan demikian, Hangeul terus memikat hati para pecinta bahasa dan budaya Korea dari berbagai penjuru dunia.

Hari Hangeul adalah momen bersejarah yang mengingatkan kita akan pentingnya bahasa dan budaya dalam membangun identitas nasional. Melalui perayaan ini, masyarakat Korea menghormati perjuangan Raja Sejong dan para ilmuwan yang telah menciptakan sistem penulisan yang sangat ilmiah dan efisien. Jadi, mari kita rayakan Hari Hangeul dengan semangat belajar bahasa Korea dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini.

합피 한굴 다이!


Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

"APEC 2025 : Professor Park's Perspective on Digital Innovation and Consumer Behaviour"
Korea's Vision for APEC 2025 : Prosperity Beyond Borders
Topeng Korea : Simbol Identitas dan Ritual Sakral yang Terus Dilestarikan
Hangeul : Dari Aksara Kerajaan hingga Simbol Kebanggaan Nasional di Hari Hangeul
Kang DS Dorong Sinergi Koperasi Desa/Kelurahan dengan Program MBG
Jakarta Design Center Gelar Pameran "The Future": Perspektif Masa Depan dari SEMUI
Adaptasi dan Kelangsungan Hidup : Pertahanan Diri Kucing Liar di Lingkungan Kota
Jakarta Merayakan 100 Tahun Luciano Berio dengan Rangkaian Konser Musik
Chuseok : Honouring Harvest and Heritage in Korea
Menavigasi Trauma "Kekuatan Mental Konselor Anak Berhadapan dengan Hukum"
"Jam Tangan yang Efisien : Memilih yang Sesuai dengan Gaya Hidup Produktif Anda"
"Jagung Rebus : Kudapan Tradisional yang Tetap Relevan untuk Gaya Hidup Sehat"
Wawancara Tokoh : Samuel Santosa Adi Prasetyo "The Visionary Leading the Wayang Beber Renaissance"
Dinamika Pemasaran Konten : Inovasi Disruptif dan Kekuatan Keterlibatan Outbound
Privasi Remaja di Era AI : Menavigasi Risiko dan Peluang di Dunia Digital
"MULAK" dan Wayang Beber Metropolitan : Relevansi identitas dan budaya di tengah arus globalisasi.
"MULAK" Pameran Tunggal Rotua Magdalena Pardede, Sebuah Perayaan Keindahan dan Warisan Batak
Program Makan Bergizi Gratis Bukan Sekadar Konsumsi, Tetapi Investasi Masa Depan Bangsa
Anugerah Gapura Sri Baduga, Bupati Bandung Dorong Desa/Kelurahan Terus Berinovasi Melayani Masyarakat
Hari Batik Nsional, BTN Beri Literasi Keuangan dan Teknik Produksi Ramah Lingkungan ke Pengrajin Batik