Topeng Korea : Simbol Identitas dan Ritual Sakral yang Terus Dilestarikan

Kamis, 9 Oct 2025 12:06
    Bagikan  
Topeng Korea : Simbol Identitas dan Ritual Sakral yang Terus Dilestarikan
Istimewa

Topeng Korea memiliki makna spiritual, dipercaya mampu menyerap energi negatif dan digunakan dalam ritual serta pertunjukan tradisional seperti talchum.

NARASINETWORK.COM - Menurut legenda yang beredar, pengrajin tersebut harus bekerja seorang diri dalam kesunyian, tanpa boleh berinteraksi dengan siapa pun. Namun, ketika ia hampir menyelesaikan topeng terakhir, seorang gadis yang mencintainya mengintip ke dalam bengkel, menyebabkan pengrajin itu meninggal dunia secara misterius. Topeng terakhir yang belum selesai, yang mewakili sosok orang bodoh, menjadi simbol dari kisah cinta dan pengorbanan tersebut.

Dari 12 topeng yang disebutkan dalam legenda, hanya 9 yang masih tersimpan dengan baik di kuil Sonang-tang, desa Hahoe. Setiap topeng mewakili karakter yang berbeda, seperti Yangban (bangsawan), Gaksi (wanita muda), Jung (biksu), Choraengi (pelayan bangsawan), Seonbi (sarjana), Imae (orang bodoh dan pelayan), Bune (selir), Baekjeong (tukang daging), dan Halmi (nenek). Tiga topeng lainnya diyakini telah hilang atau dicuri, dan kini berada di Jepang dan Korea Utara.

Topeng tradisional Korea dikenal dengan sebutan "tal," yang memiliki makna ganda dalam bahasa Korea: topeng dan kesialan. Kepercayaan tradisional meyakini bahwa topeng memiliki kekuatan untuk menyerap energi negatif dan melindungi dari penyakit. Oleh karena itu, topeng sering digunakan dalam ritual dan upacara untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Setelah digunakan dalam pertunjukan, topeng biasanya dibakar sebagai persembahan, kecuali topeng-topeng sakral yang disimpan di kuil sebagai benda keramat.

Selain topeng Hahoe yang ikonik, terdapat berbagai jenis topeng tradisional Korea lainnya, seperti Ogwangdae dan Yayu (topeng dengan ekspresi kuat yang digunakan dalam pertunjukan rakyat), Bongsan (topeng yang menggambarkan berbagai karakter bangsawan), serta Tongyeong (topeng yang mewakili makhluk supernatural).

Pertunjukan tari topeng tradisional Korea disebut "talchum," yang menggabungkan unsur tari, musik, dan drama. Talchum biasanya dipentaskan di ruang terbuka, seperti alun-alun desa, dan melibatkan interaksi antara penari, musisi, dan penonton. Talchum bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan sosial, kritik politik, dan nilai-nilai budaya. Gerakan tari yang ekspresif, kostum yang berwarna-warni, dan alur cerita yang menarik menjadikan talchum sebagai pertunjukan yang memukau dan bermakna.

Meskipun telah berusia ratusan tahun, topeng tradisional Korea tetap relevan dan dihormati dalam budaya modern. Topeng dapat ditemukan di berbagai tempat, mulai dari toko suvenir hingga museum seni. Pertunjukan talchum juga masih dipentaskan secara rutin, baik di Korea maupun di luar negeri. Topeng Korea bukan hanya sekadar benda seni, melainkan simbol identitas, spiritualitas, dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Topeng tradisional Korea adalah cerminan dari sejarah, kepercayaan, dan nilai-nilai yang membentuk identitas bangsa Korea. Melalui legenda, ritual, dan pertunjukan, topeng-topeng ini terus menginspirasi dan menghibur generasi demi generasi. Dengan melestarikan dan menghargai warisan topeng Korea, kita turut menjaga kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

"APEC 2025 : Professor Park's Perspective on Digital Innovation and Consumer Behaviour"
Korea's Vision for APEC 2025 : Prosperity Beyond Borders
Topeng Korea : Simbol Identitas dan Ritual Sakral yang Terus Dilestarikan
Hangeul : Dari Aksara Kerajaan hingga Simbol Kebanggaan Nasional di Hari Hangeul
Kang DS Dorong Sinergi Koperasi Desa/Kelurahan dengan Program MBG
Jakarta Design Center Gelar Pameran "The Future": Perspektif Masa Depan dari SEMUI
Adaptasi dan Kelangsungan Hidup : Pertahanan Diri Kucing Liar di Lingkungan Kota
Jakarta Merayakan 100 Tahun Luciano Berio dengan Rangkaian Konser Musik
Chuseok : Honouring Harvest and Heritage in Korea
Menavigasi Trauma "Kekuatan Mental Konselor Anak Berhadapan dengan Hukum"
"Jam Tangan yang Efisien : Memilih yang Sesuai dengan Gaya Hidup Produktif Anda"
"Jagung Rebus : Kudapan Tradisional yang Tetap Relevan untuk Gaya Hidup Sehat"
Wawancara Tokoh : Samuel Santosa Adi Prasetyo "The Visionary Leading the Wayang Beber Renaissance"
Dinamika Pemasaran Konten : Inovasi Disruptif dan Kekuatan Keterlibatan Outbound
Privasi Remaja di Era AI : Menavigasi Risiko dan Peluang di Dunia Digital
"MULAK" dan Wayang Beber Metropolitan : Relevansi identitas dan budaya di tengah arus globalisasi.
"MULAK" Pameran Tunggal Rotua Magdalena Pardede, Sebuah Perayaan Keindahan dan Warisan Batak
Program Makan Bergizi Gratis Bukan Sekadar Konsumsi, Tetapi Investasi Masa Depan Bangsa
Anugerah Gapura Sri Baduga, Bupati Bandung Dorong Desa/Kelurahan Terus Berinovasi Melayani Masyarakat
Hari Batik Nsional, BTN Beri Literasi Keuangan dan Teknik Produksi Ramah Lingkungan ke Pengrajin Batik