NARASINETWORK.COM - Beberapa waktu lalu, NARASINETWORK.COM mewawancarai Yaksa Agus, seorang penyintas Hemofilia. Jarak antara Jakarta dan Yogyakarta terwakili dalam dialog nirkabel. Sabtu sore ini menjadi kesempatan bagi NARASINETWORK.COM untuk menyambangi Ruang Garasi, memenuhi undangan bapak Yaksa Agus di pameran tunggalnya. Dunia virtual menjelma menjadi pertemuan nyata bagi kami.
"Dalam karya Yaksa Agus, kita menemukan paradoks yang memukau: rasa sakit menjadi sumber kreativitas, dan keterbatasan menjadi pendorong inovasi. Ia adalah alkemis seni yang mengubah penderitaan menjadi emas."
Sebuah pameran tunggal yang sangat dinanti, bertajuk "2025," yang menampilkan karya-karya terbaru dari seniman Yaksa Agus, telah resmi dibuka pada Sabtu, 18 Oktober 2025, di RUANG GARASI yang berlokasi di Jakarta Selatan. Pameran ini menjanjikan sebuah perjalanan mendalam ke dalam pengalaman pribadi sang seniman dalam menghadapi Hemofilia, sebuah kondisi genetik yang memengaruhi pembekuan darah, melalui lensa konsep provokatif yang dikenal sebagai "Estetika Palsu" (Fake Aesthetic).
Baca juga: Yaksa Agus: Seniman Penyintas Hemofilia, Mengolah Pengalaman Lewat Seni
Acara pembukaan diramaikan oleh kehadiran tokoh-tokoh penting dari kalangan seni, akademisi, serta ahli dan pemerhati kesehatan. Di antara para tamu kehormatan, hadir Dr. Melani W. Setiawan dan Ir. Zumar Muzammil, yang bertindak sebagai tuan rumah acara tersebut. Mayek Prayitno, kurator pameran, memberikan presentasi yang kaya dan informatif mengenai latar belakang artistik dan kerangka konseptual yang mendasari karya-karya Yaksa Agus.
Pembukaan pameran "2025" dihadiri oleh berbagai figur berpengaruh dari dunia seni, akademisi, dan kalangan profesional di bidang kesehatan.
Yaksa Agus, yang dikenal sebagai seniman-kurator dan juga seorang penyintas Hemofilia A, mempersembahkan serangkaian karya seni yang kuat dan menggugah pikiran, yang secara mendalam mengeksplorasi kompleksitas kehidupan dengan kondisi medis yang menantang.
Baca juga: Wawancara Tokoh : Yaksa Agus - Dari Stigma Hemofilia Menuju Ketahanan dan Kreativitas
Melalui penggunaan humor satiris yang cerdas, sarkasme yang tajam, dan deformasi figuratif yang mengingatkan pada gaya kartun, sang seniman mengundang para penonton untuk merenungkan berbagai dilema, paradoks, dan oksimoron yang melekat dalam kehidupan seorang seniman yang bergulat dengan penyakit kronis.
Dalam sambutannya saat pembukaan, Yaksa Agus berbagi, "Pameran ini adalah puncak dari perjalanan panjang saya dalam menerima dan sepenuhnya memahami kondisi Hemofilia yang telah menjadi bagian dari hidup saya. Melalui seni, saya berusaha untuk mengubah rasa sakit dan kecemasan yang seringkali menyertai kondisi ini menjadi sesuatu yang lebih bermakna, sesuatu yang dapat menginspirasi dan dinikmati oleh orang lain."
Siput atau bekicot adalah julukan dari mereka yang pernah membully saya, dikatakan demikian tidak mematahkan arang dalam berkarya, siput pelan tapi jalurnya pasti (Yaksa Agus)
Mayek Prayitno, dalam kapasitasnya sebagai kurator, menekankan pentingnya otentisitas yang mendalam yang ditemukan dalam karya-karya Yaksa Agus. "Yaksa Agus tidak hanya menciptakan karya seni yang memukau secara visual, tetapi ia juga menyampaikan pesan yang kuat tentang ketahanan manusia, harapan yang tak tergoyahkan, dan kemampuan luar biasa untuk mengatasi tantangan hidup yang paling berat sekalipun," jelasnya.
Pameran "2025" menampilkan beragam medium seni yang mencakup lukisan yang memikat, instalasi yang imersif, dan karya multimedia yang inovatif. Setiap karya menawarkan interpretasi yang unik dan mendalam tentang pengalaman Yaksa Agus dengan Hemofilia, mulai dari perjuangan fisik yang melelahkan hingga dampak psikologis yang seringkali terabaikan. Konsep "Estetika Palsu" berfungsi sebagai benang merah yang menghubungkan semua karya yang dipamerkan, menantang para penonton untuk mempertanyakan standar konvensional tentang keindahan dan merayakan keunikan serta keotentikan yang ada dalam setiap individu.
Diharapkan bahwa pameran ini akan memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Hemofilia dan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan bagi para penyintas serta keluarga mereka. Selain itu, "2025" berdiri sebagai bukti yang kuat bahwa seni dapat berfungsi sebagai sarana terapi yang efektif dan bentuk ekspresi diri yang memberdayakan bagi individu yang menghadapi tantangan kesehatan yang signifikan.
Pameran "2025" terbuka untuk umum hingga 26 Oktober 2025, di RUANG GARASI, yang terletak di Jl. Gandaria 4 No. 2, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca juga: Ruang Garasi Hadirkan "2025" Karya Yaksa Agus : Seni sebagai Terapi dan Inspirasi