NARASINETWORK.COM - Kementerian Agama (Kemenag) telah mengimbau masjid di seluruh Indonesia untuk menggelar salat gaib bagi warga muslim yang wafat akibat banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Selain itu, Kemenag juga mengajak warga menjadikan masjid sebagai pusat solidaritas dan penyaluran bantuan bagi masyarakat terdampak.
Imbuan ini disampaikan sebagai respons cepat terhadap kondisi darurat yang membutuhkan dukungan kolaboratif. Kemenag bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Forum Zakat (FOZ), dan Poroz telah menggalang dana hingga terhimpun Rp155 miliar. Saat ini, penyaluran donasi melalui Rekening Tanggap Darurat Kemenag juga masih terbuka, dengan total yang terkumpul mencapai Rp2,6 miliar.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa masjid memiliki posisi strategis dalam merespons situasi kemanusiaan, baik karena kedekatannya dengan masyarakat maupun fungsinya sebagai ruang berkumpul dan saling menguatkan. “Masjid adalah tempat masyarakat bernaung dan mencari kekuatan. Di saat seperti ini, masjid juga perlu menjadi ruang untuk saling menolong,” ujarnya di Jakarta, Jumat kemarin (5/12/2025).
Abu Rokhmad menyampaikan bahwa Kemenag telah mengimbau Kantor Wilayah, Kemenag kabupaten/kota, Kantor Urusan Agama (KUA), dan Dewan Kemakmuran Masjid di seluruh Indonesia untuk menggalang donasi tanggap darurat yang akan disalurkan kepada korban bencana. Ia menekankan bahwa penggalangan dana oleh masjid harus dilakukan secara tertib, transparan, dan sesuai ketentuan agar benar-benar memberi manfaat kepada warga yang membutuhkan. “Kami ingin penyaluran bantuan dilakukan secara terukur dan mengedepankan prinsip kemaslahatan,” jelasnya.
Kemenag mendorong takmir masjid untuk mengaktifkan jejaring relawan, membuka posko bantuan, serta menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan. Sinergi lintas institusi ini diperlukan agar distribusi bantuan berjalan cepat, tepat sasaran, dan menjawab kebutuhan dasar masyarakat – mulai dari logistik pangan, pakaian, air bersih, hingga layanan kesehatan darurat.
Selain itu, Abu Rokhmad mengajak masjid memberi perhatian pada aspek spiritual dan psikososial warga terdampak, termasuk dengan menggelar doa bersama, pendampingan rohani, dan layanan penguatan batin bagi mereka yang berada di lokasi pengungsian. “Bencana bukan hanya persoalan fisik, tetapi juga batin. Kehadiran masjid memberi energi ketenangan,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Kemenag daerah untuk memantau aktivitas masjid dalam membantu warga, dan menyampaikan apresiasi kepada para takmir, relawan, dan komunitas yang telah bergerak cepat menunjukkan solidaritas nyata. “Semakin besar kolaborasi, semakin cepat masyarakat pulih,” kata Abu.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat, mengungkapkan bahwa Ditjen Bimas Islam telah menyiapkan panduan operasional bagi masjid dalam penyelenggaraan layanan kemanusiaan. Panduan tersebut meliputi tata kelola posko, mekanisme penerimaan donasi, hingga prosedur distribusi bantuan agar tetap akuntabel dan sesuai regulasi.
Arsad juga mendorong masjid untuk melakukan pemetaan kebutuhan warga di lingkungan masing-masing, sehingga bantuan yang dikumpulkan dapat langsung menjawab kebutuhan paling mendesak. Ia menegaskan bahwa masjid tidak perlu besar untuk berperan. “Masjid kecil sekalipun bisa menjadi titik solidaritas,” katanya.
Di samping kebutuhan logistik, Kemenag meminta masjid menyediakan layanan informasi kebencanaan bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan aparat setempat. Layanan ini penting agar warga memperoleh informasi valid mengenai kondisi banjir, potensi susulan, jalur evakuasi, dan langkah keselamatan. “Peran informasi sangat penting untuk menjaga keselamatan warga,” jelas Arsad – mengganti kata yang dilarang.
Arsad turut mengapresiasi para relawan masjid yang terlibat langsung dalam evakuasi, pengelolaan posko, dan distribusi bantuan. Ia berharap gerakan kepedulian berbasis masjid akan terus menguat sebagai bagian dari ekosistem kemanusiaan nasional. “Kita ingin masjid tidak hanya menjadi ruang ibadah, tetapi juga rumah bersama di saat masyarakat membutuhkan,” ujarnya.
Sebagai standar operasional dan agar bantuan tersalurkan secara terpusat, Kemenag menetapkan mekanisme penyaluran donasi melalui Tim Tanggap Darurat yang dikelola oleh Biro Umum Sekretariat Jenderal.
Masyarakat dapat menyalurkan donasi melalui rekening resmi: 7121241697 (Bank Syariah Indonesia), atas nama TANGGAP DARURAT KEMENAG.
Kemenag mengajak seluruh jemaah, komunitas masjid, lembaga keagamaan, dan para dermawan untuk bersama-sama memperkuat solidaritas kemanusiaan. “Semoga setiap langkah kebaikan yang kita lakukan menjadi jalan kemudahan bagi saudara-saudara kita yang sedang diuji,” tutup Arsad.
